KILASBANDUNGNEWS.COM – Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Mudiyati Rahmatunnisa, Ph.D menganggap kemunculan nama Sonny Salimi pada
survei dilakukan lembaga survei Polsight
dinilai wajar karena Sonny sudah lama menjabat sebagai Direktur Utama Perumda Tirtawening yang telah melewati 3 masa kepemimpinan Walikota Bandung yang berbeda. Malah Mudiyati menilai Sonny sosok kuda hitam.
“Mungkin sosok seperti beliau lah yang akan menjadi kuda hitam dalam kontestasi Pilkada Kota Bandung
2024 ini karena kalangan profesional mendapat angka penerimaan yang cukup tinggi untuk memimpin Kota Bandung” ujar Mudiyati.
Pada survei itu dibahas dua isu utama, yaitu permasalahan di Kota Bandung dan Pilkada Kota Bandung. Berkaitan dengan permasalahan di Kota Bandung, hasil survei menunjukkan bahwa
masalah ekonomi menjadi isu utama yang harus dibereskan.
Sebanyak 24,50% responden menginginkan Walikota Bandung berikutnya dapat memperbanyak lapangan pekerjaan, dan 22,25% responden menginginkan Walikota Bandung dapat menurunkan harga kebutuhan pokok di Kota Bandung. Selaras dengan dua permasalahan tersebut, 14,25% responden mengharapkan Kota Bandung bebas dari kemiskinan.
“Isu-isu ini sangat relevan di Kota Bandung, masalah pengangguran, bonus demografi, dan akses terhadap kebutuhan pokok terjangkau harus menjadi concern Wali Kota Bandung selanjutnya.” ujarnya.
Mudiyati menegaskan bahwa Kota Bandung harus segera berbenah tidak hanya soal ekonomi, namun
pemerintahan selanjutnya secara simultan harus bisa memperbaiki manajemen transportasi dan
lingkungan.
Sementara itu dari Lembaga survei Polsight sendiri mengaku cukup terkejut dengan munculnya nama Sonny Salimi pada survei elektabilitas bakal calon wali kota Bandung yang dilakukannya.
“Ada satu nama yang cukup mengejutkan terdapat nama tokoh profesional, Sonny Salimi, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Perumda Tirtawening. Munculnya nama Sonny Salimi pada pertanyaan terbuka survei ini cukup mengejutkan mengingat nama tersebut baru muncul sebagai salah satu bakal calon Walikota Bandung yang mencalonkan diri melalui Partai Gerindra” jelas Direktur Eksekutif Polsight, Dr. Yusa Djuyandi.
Yusa menyampaikan pada tanggal 20 – 24 Mei 2024, Lembaga Survei Polsight melakukan survei preferensi politik masyarakat Kota Bandung. Survei tersebut menghimpun 400 responden yang tersebar secara proporsional.
Sampel diperoleh melalui metode Stratified-Systematic Random Sampling dengan jumlah Sampel 400 responden yang tersebar di 30 Kecamatan di Kota Bandung. Adapun Margin of Error dalam survei ini adalah ± 4,89% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Masih kata Yusa, tiga profesi atau latar belakang yang dipandang pantas memimpin Kota Bandung mulai dari tokoh agama, politisi, hingga akademisi dan profesional.
“26,50% responden memandang bahwa tokoh agama yang sebaiknya menjadi Wali Kota Bandung berikutnya, 26,25% beranggapan bahwa politisi yang sebaiknya menjadi Wali Kota Bandung selanjutnya, dan lebih menarik lagi 25,00% beranggapan bahwa akademisi dan profesional yang pantas menjadi Wali Kota Bandung selanjutnya.” bebernya.
Untuk partai politik sendiri, kata Yusa hasil survei PKS dan Partai Gerindra masih menjadi partai yang paling diinginkan oleh masyarakat untuk memimpin Kota Bandung
Perlu diketahui melalui pertanyaan terbuka, hasil survei beberapa nama santer terdengar, seperti: Atalia Praratya, Muhammad Farhan, Siti Muntamah, Erwin, Asep Mulyadi, Edwin Sanjaya, Andri Gunawan.
Selanjutnya, pada simulasi tertutup calon wali kota, hasil survei menunjukan
elektabilitas M. Farhan mendapat persentase paling tinggi yakni sebesar 29,00%, diikuti Siti Muntamah 14,25%, Erwin 13,50%, Edwin Senjaya 7,25%, Asep Mulyadi 7,25%, Sonny Salimi 4,50%, Dandan Riza Wardana 4,00%, Arfi Rafnialdi 1,50% sementara 18,75% masyarakatbelum mempunyai pilihan calon walikota.
“Dalam simulasi tertutup ini kami tidak mencantumkan nama Atalia Praratya karena santer terdengar beliau tidak akan maju menjadi calon walikota Bandung” jelas Yusa seraya mengatakan kemungkinan perubahan pilihan masih tinggi, hal ini ditunjukkan dengan angka 71,25% responden mungkin mengubah pilihan. (EVY)