KILASBANDUNGNEWS.COM – Kanker hingga saat ini masih menjadi salah satu penyakit yang masuk dalam jajaran atas sebagai penyebab kematian di dunia disamping penyakit jantung.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal medis The Lancet (2019), kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel secara tidak terkendali yang memiliki kemampuan untuk menyusup dan merusak sel-sel sehat di dalam tubuh.
Kementerian Kesehatan juga mencatat kanker menjadi penyebab kematian ketiga terbanyak di Indonesia setelah jantung dan stroke. Prevalensi penderita kanker di Indonesia adalah 1,4% dengan jumlah total 347.792 penderita.
Sementara untuk di Jawa Barat, penderita penyakit kanker terus bertambah setiap tahunnya hingga dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Data Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyebutkan bahwa pada 2017 tercatat bahwa sebanyak 21 dari 100.000 orang di Jawa Barat diprediksi menderita penyakit kanker.
Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) 2018, kanker payudara menjadi yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia (16,7%), kanker serviks (9,3%), paru (8,6%), kolorektal (8,6%) dan kanker hati (5,3%). Dan di antara sejumlah kasus kanker itu, kanker kolorektal adalah yang paling tidak banyak diketahui masyarakat umum.
Senior Consultant Medical Oncology Parkway Cancer Centre, Dr Zee Yin Kiat mengatakan, gejala yang tersamar penyakit lain diduga kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon), atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum) menjadi penyebab mengapa kanker kolorektal tidak banyak diketahui.
“Survei Globocan 2018, kanker kolorektal adalah kanker nomor dua paling banyak diidap oleh pria setelah kanker paru di Indonesia. Di Singapura, kanker kolorektal dideteksi merupakan kanker yang paling umum ditemukan pada perempuan,” kata Zee Yin, kepada wartawan dalam video conference di Paskal 23, Kamis (30/1/2020).
Menurut Zee Yin, dengan pendeteksian secara dini kanker yang umum dapat diobati dan dapat menyelamatkan hidup pasien karena kanker kolorektal yang terjadi di usus besar atau dubur, tidak berkembang dalam semalam tetapi memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkembang sehingga dapat dideteksi dan diobati sejak dini.
“Biasanya kanker kolorektal dimulai sebagai jaringan dengan pertumbuhan jinak yang disebut polip pada lapisan dalam usus besar atau rektum. Meskipun polip tidak bersifat kanker, mereka dapat berkembang menjadi kanker dalam jangka waktu yang lama,” ucapnya.
Zee Yin menyatakan, sejak 2007 terapi bertarget oral diperkenalkan oleh Parkway Cancer Centre, perawatan ini melihat peningkatan dalam tingkat respons dari 10 persen menjadi 30 persen dengan efek samping yang lebih mudah dikelola dari obat-obatan yang dikonsumsi secara oral oleh pasien dalam kenyamanan rumah mereka sendiri.
“Terapi ini sekarang menjadi standar perawatan di Parkway Cancer Centre. Tentu saja, terlepas dari deteksi dini dan upaya pengobatan lainnya, gaya hidup sehat dipercaya dapat mengurangi risiko terkena kanker kolorektal maupun ginjal,” pungkasnya. (Parno)