KILASBANDUNGNEWS.COM – Kedisiplinan masyarakat terapkan protokol kesehatan amat penting dalam pengendalian sebaran Covid-19 pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Jawa Barat.
Wakil Koordinator Sub Divisi Kebijakan dan Kajian Epidemiologi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat, Bony Wiem Lestari menyatakan, masyarakat adalah garda terdepan melawan Covid-19 dimana banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa penerapan protokol kesehatan efektif cegah penularan Covid-19.
“Masyarakat harus mempersiapkan diri untuk menerapkan protokol kesehatan. Jadi, protokol kesehatan harus jadi bagian dari kebiasaan sehari-hari, seperti pakai masker serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan,” kata Bony, kepada wartawan di GOR Saparua, Jumat (7/8/2020).
Menurut Bony, terdapat tiga aspek yang digunakan untuk mengukur level risiko Covid-19, yaitu aspek epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.
“Angka reproduksi efektif (Rt) COVID-19 Jabar pada 2 Agustus berada di angka 1,23. Peningkatan ini terjadi di antaranya karena ditemukan klaster baru. Kasus impor terjadi karena ada mobilitas penduduk, terutama dari daerah transmisi lokal yang masuk ke Jabar. Ada juga klaster perkantoran, klaster keluarga, dan klaster tenaga kesehatan,” ucapnya.
Menurut Bony, dari permodelan yang dikerjakan, pihaknya memprediksi akan ada penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 2.200-3.000 dalam satu bulan ke depan, oleh karena itu pihaknya mengingatkan kepada masyarakat Jawa Barat untuk disiplin terapkan protokol kesehatan dan menghindari kerumunan.
“Garda terdepan melawan COVID-19 ini adalah masyarakat sehingga implementasi protokol kesehatan, disiplin pakai masker, jaga jarak, terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan syarat wajib,” ujarnya.
Sementara itu, Tren kasus positif Covid-19 di Jawa Barat meningkat, ini terlihat dari zona risiko 27 kabupaten/kota di Jabar. Periode 27 Juli-2 Agustus 2020, terdapat 1 daerah masuk zona risiko tinggi (merah), 9 daerah zona risiko sedang (oranye), dan 17 daerah zona risiko rendah (kuning). Sedangkan, pada periode 20-26 Juli 2020, tidak ada daerah di Jabar yang berstatus risiko tinggi.
Hingga kini, Gugus Tugas Jabar sudah melakukan 171 ribu pengetesan (testing) metode uji usap (swab test) Polymerase Chain Reaction (PCR). Dari jumlah tersebut, positivity rate Jabar berada di angka 7,5 persen, sedangkan, standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 5 persen. (Parno)