KILASBANDUNGNEWS.COM – Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan, Kota Bandung masuk jadi lima besar kota menuju smart city. Salah satu langkah untuk mempercepat smart city di Kota Bandung melalui Living Lab.
Program ini akan digarap Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bersama Institut Teknologi Bandung (ITB).
Researcher at Smart City Community and Innovation Center, Hendra Sandhi Firmansyah menjelaskan, konsep Living Lab ini bisa menjadi salah satu langkah cepat menyelesaikan permasalahan di Kota Bandung dari lingkup terkecil.
“Prinsipnya bagaimana kita menyelesaikan masalah di lingkungan aslinya tanpa dibawa ke lab lagi. Jadi kita mulai dari area kecil dulu karena bisa lebih termanage dan terkontrol,” jelas Hendra seusai acara Bandung Menjawab, Rabu (22/6/2022).
Jika nanti permasalahan tersebut bisa selesai dalam lingkup kecil, hasilnya bisa dikembangkan lagi ke wilayah yang lebih luas.
Sebab menurutnya, smart city bukan hanya kota yang mampu membrikan layanan internet gratis di mana pun. Namun, mampu memberikan layanan teknologi yang sesuai agar bisa membuat masyarakat menjadi lebih bahagia.
“Bukan hanya tentang wifi, tapi juga pelayanan digitalisasi kesahatan, pendidikan, ekonomi dan lainnya,” ungkapnya.
Rencananya wilayah DDG (Dipatiukur, Dago dan Ganesha) menjadi target pertama yang akan digarap Living Lab. Beberapa aspek masalah yang akan dibenahi, seperti ekonomi, pelayanan, dan infrastruktur.
“Hanya 30 persen dari UMKM di Kota Bandung yang sudah melakukan e-payment. Padahal potensinya besar. Nanti setelah coba disosialisasikan digitalisasi, kita lihat berapa persen peningkatan ekonominya,” paparnya.
Selain itu, Living Lab ini melibatkan beragam stakeholder terkait. Para stakeholder ini akan diterjunkan langsung ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah.
“Jadi, problemnya bukan dibawa ke lab, tapi kita menyediakan para ahlinya langsung ke wilayah tersebut. Makanya dinamakan Living Lab,” lanjutnya.
Hal serupa juga disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung, Yayan A. Brilyana. Menurutnya, Living Lab bukan hanya pekerjaan Pemkot dan akademisi, tapi juga seluruh stake holder.
“Supaya efektif dan efisien, maka seluruhnya harus terintegrasi. Kita tidak bisa bicara smart city sendirian oleh pemerintah. Tapi perlu menggait masyarakat juga,” tutur Yayan.
Dengan kolaborasi tersebut, Kota Bandung bisa akselerasi menjadi kota smart dengan infrastruktur lengkap, beragam aplikasi yang bisa digunakan, dan akses internet di manapun.
“Kota Bandung juga sedang kita persiapkan menuju 5G. Kominfo sudah menunjuk Kota Bandung sebagai percontohan 5G,” tuturnya. (rls)