KILASBANDUNGNEWS.COM – Nasib malang dialami bocah 8 tahun bernama Muhammad Dio Firmansyah. Sekujur tubuh bocah asal Kampung Sirnahurip, Desa Neglasari, Kecamayan Lengkong, Kabupaten Sukabumi itu melepuh seperti mengalami luka bakar.

Keluarga baru mengetahui sakit yang diderita Dio saat umurnya masih 4 tahun. Berbagai upaya dilakukan keluarga, termasuk membawanya ke rumah sakit ternama di Kota Sukabumi dan Bandung, namun tidak membuahkan hasil.

“Awalnya hanya berupa bintik kecil merah, saat itu usia Dio masih sekitar 3 tahunan. Dia terlahir normal, ketahuan punya penyakit itu usai bermain tanah di samping rumah. Kemudian menjelang sore setelah Dio mandi muncul bintik-bintik merah pada kulitnya disertai dengan gatal,” tutur Beni (52), ayah Dio, Jumat (15/7/2022).

Beberapa hari kemudian bintik merah tersebut semakin membesar dan menjalar kebagian tubuh Dio yang lain. Karena hawatir saat itu orang tua Dio langsung membawa Dio ke Puskesmas terdekat untuk pemeriksaan. Namun saat itu Dio dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Sukabumi.

“Kami membawa Dio ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, setelah dilakukan pemeriksaan dokter spesialis kulit mengatakan Dio mengidap penyakit Epidermolisis Bulosa. kelompok penyakit keturunan yang menyebabkan kulit menjadi rapuh dan mudah melepuh,” lirih Beni.

Singkat cerita, penyakit kulit yang diderita Dio semakin melebar nyaris di setiap bagian tubuhnya kini melepuh seperti bekas luka bakar. Orang tua Dio bahkan sempat membawa Dio ke rumah sakit di Bandung dan Jalarta.

Kabar yang sama selalu Beni terima. Dio harus rutin mengkonsumsi obat. Ia juga disarankan dokter harus menjalani operasi.

“Dokter menyarankan agar Dio melakukan pengobatan dan kontrol secara teratur sesuai yang telah dijadwalakn oleh dokter dan dibantu dengan obat obatan. Namun jika dengan obat tidak bisa makan Dio harus melakukan operasi transplantasi kulit,” ujar Beni.

Beni menghentikan pembicaraannya, ia sedikit tercekat mengingat kondisi ekonominya sendiri belum begitu baik. Ada dua kakak Dio yang juga kini menjadi tanggung jawabnya. Karena alasan ekonomi itulah kemudian Beni menghentikan proses pengobatan putranya itu.

“Kami terkendala masalah biaya sampai akhirnya terpaksa menghentikan pengobatan Dio. Pekerjaan saya hanya seorang tukang belah batu saja yang penghasilan perhari hanya Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu saja. Makanya saya sudah tidak mampu lagi membiayai pengobatan Dio,” ucap Beni.

“Kakak pertama Dio sekarang berusia 25 tahun juga masih belum bisa membantu perekonomian serta membantu biaya berobat Dio karena masih menganggur. Untuk berobat saja kemarin sampai harus menjual domba dan perhiasan istri, untuk biaya sewa kendaraan berobat saja bisa sampai Rp 1,5 juta pulang pergi,” pungkas Beni. (Sumber : Detik.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.