KILASBANDUNGNEWS.COM– Limbah kopi bisa diolah menjadi barang berharga. Di tangan Reihan Dary Henriana, pemuda asal Kota Bandung, limbah kopi dapat dijadikan kulit vegan atau biosintetis sebagai bahan baku dompet, tas, nametag, bahkan sepatu.
Raihan yang merupakan Co-Founder Dari Kopi mengatakan, ia mulai memanfaatkan limbah kopi ini setelah berkunjung ke perkebunan kopidi Pangalengan. Melihat masih banyak limbah kopi yang belum dapat diolah, Reihan berdiskusi dan mencoba memanfaatkan limbah itu untuk dibuat menjadi produk yang memilki nilai jual.
“Kopi ini ada limbah yang di hulu dan di hilir, di hulu ada kulit chery kopi, kulit gabah dan lain-lain, kita dengan partner mengolah limbah tersebut dan dibuat menjadi sebuah produk seperti ini,” kata Raihan kepada detikJabar dalam kegiatan Bootcamp & Pitching Islamic Creative Economy Founders Fund (ICEFF) 2022 di Cihampelas Bandung, Selasa (12/7/2022).
Raihan menyebut, selain dapat dijadikan produk, limbah kopi ini dapat dijadikan natural soap dan lulur. Menurut alumni Hubungan Internasional Universitas Parahyangan ini, produk dari limbah kopi ini sudah dijual, namun dengan jumlah terbatas.
Selain itu, karena proses pembuatan produk dari limbah kopi yang dibuatnya itu memerlukan waktu panjang hingga 30 hari. Namun harga produk yang dijualnya masih cukup lumayan untuk dipasarkan di dalam negeri.
Bersaing Cari Investor di ICEFF 2022
Dari Kopi yang didirikan Raihan terpilih menjadi satu dari 32 UMKM di seluruh Indonesia untuk mengikuti kegiatan Bootcamp & Pitching ICEFF 2022 yang tujuannya untuk menggaet investor.
“Pertama tentu (gaet investor), kedua kita ingin melalui kegiatan ini jadi batu loncatan ke G20 dan ke luar negeri. Karena market kita ke luar negeri, kalau di Indonesia ini dianggap mahal. Kalau nanti di G20 jadi merchandise pemerintah minimal dari Jabar semua pakai nametag dari kita atau misalnya semua hotel pakai cover menu pakai kulit dari kita, dicampur dengan batik atau apa,” harap Raihan.
“Ini merupakan tempat pertemuan antara pelaku usaha UMKM dengan para mentor dan investor, diharapkan dengan pertemuan ini terjadi tiga hal yang dapat terjadi, yaitu up skilling tadinya mereka belum tahu menjadi tahu dan sangat tahu. Kedua kemitraan dengan calon investor, ada akses pembiayaan, urusan pembiayaan, bermitra saja atau pola lain yang bisa dikembangkan. Ketiga, akan terjadi kolaborasi dan ini trend ke depan diterapkan di setiap kota apalagi di Bandung ini,” jelasnya.
Hengky berharap, terjadi kerja sama antara 32 UMKM yang berkumpul di Badung dan Surabaya dengan para investor yang dihadirkan dalam kegiatan tersebut. “Kita harapkan 32 di Bandung dan nanti 32 di Surabaya ada hasil antara pengusaha dan investor,” harapnya.
“Mereka tidak ada yang hari ini dibangun langsung jadi usaha, mereka sudah ada history, mereka up skilling untuk membangun usahanya. Bukan pengusaha pemula, tapi mayoritas belum dapatkan investasi,” jelasnya.
( sumber : detik.com )