Bandung – Memilih sekolah tidak seperti memilih pakaian atau barang lainnya yang hanya berdasarkan tampilan fisik atau tengah tren semata. Selama ini, masyarakat hanya melihat sekolah yang baik yaitu memiliki bangunan yang bagus dan menjadi favorit banyak orang.
Padahal, dua hal tersebut tidak menentukan kualitas pengajaran kepada siswa.
“Kita harus mengubah cara berpikir ini. Kita jangan hanya melihat dari fasilitas seperti sekolahnya pinggir jalan, atau gedungnya bagus. Akhirnya orang tua hanya melihat sekolah yang favorit saja. Padahal sekolah yang dekat rumah juga bagus,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana pada Bandung Menjawab di Taman Sejarah Balai Kota Bandung, Selasa (3/7/2018).
Elih menyarankan, pilihlah sekolah berdasarkan akreditasi. Akreditasi tersebut menilai kualitas sekolah berdasarkan 8 standar Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Mulai dari sarana dan prasarana hingga kualitas guru. Akreditasi tersebut dilakukan oleh lembaga independen yang terpercaya.
“Alhamdulillah di Kota Bandung, khususnya yang SMP, dari 57 sekolah sudah 54 sekolah terakreditasi A. Tiga sekolah lagi, yaitu SMP 55, 56, dan 57 itu memang sekolah baru, jadi belum diakreditasi,” papar Elih.
Ia menegaskan, mutu pendidikan di Kota Bandung sudah merata. Sekolah tidak perlu lagi melabeli dengan “favorit” atau “tidak favorit”. Orang tua bisa dengan tenang menyekolahkan anaknya di lokasi yang dekat dengan rumah melalui sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) seperti tahun ini.
“Apalagi untuk pendidikan dasar, yakni SD dan SMP. Sekolah memperkenalkan anak-anak dengan dunia belajar. Masuk SD itu tujuannya untuk menumbuhkan kemauan belajar,” kata Elih.
Pendidikan yang baik, menurut Elih, harus mengajarkan secara bertahap sesuai dengan kapasitas usianya. Pemerintah telah mengatur semuanya. Dinas Pendidikan Kota Bandung pun menerapkan hal tersebut.
“Pada pendidikan dasar memberi hak-hal yang berat kepada anak. Nanti ketika masuk SMA dia sudah tertekan. Anak yang masih kecil ini harus senang belajar, lebih ke yang membangun karakter baik, karakter mau belajar, bukan fokus ke hasil belajar. Kalau mau ahli, nanti di perguruan tinggi,” ucap Elih.
Ia menjelaskan, pendidikan dasar mengedepankan empat aspek yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Keempat hal tersebut adalah komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas.
“Pada pendidikan dasar, anak itu bukan belajar untuk menguasai substansi ilmunya. Misalnya, anak diajari matematika bukan agar ia jago matematika, melainkan sebagai alat untuk melatih berpikir kritis,” paparnya melalui rilis Pemerintah Kota Bandung.
Elih pun meminta kepada orang tua agar memahami kondisi ini. Dengan begitu, ia tidak membebani anak dengan ekspektasi yang tidak sesuai dengan kapasitas usianya.
“Pencerdasan ini harus kita lakukan. Kami juga terus meningkatkan mutu pendidikan,” kata Elih.***