KILASBANDUNGNEWS.COM – Indonesia siap mengembangkan pemanfaatan komoditas bambu dan rotan. Selain ramah lingkungan, bambu dan rotan juga dinilai berpotensi untuk mengendalikan iklim.
“Bambu bisa menjadi salah satu solusi pengendalian perubahan iklim, tidak hanya menyerap dan menyimpan karbon, merehabilitasi lahan terdegradasi, tetapi juga dapat diolah menjadi produk yang berkualitas dan berestetika tinggi,” kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong, seperti dilansir Detiknews, Rabu (11/12/2019).
Hal itu diungkap Alue seusai pertemuan dengan Direktur Jenderal International Bamboo and Rattan Organization (Inbar) Ali Mchumo di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim (COP25), di Madrid, Spanyol, Selasa (10/12/2019). Dalam pertemuan itu, Alue didampingi oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi Agus Justianto dan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Ruandha Sugardiman.
Indonesia sendiri merupakan negara penghasil rotan dan bambu terbesar di dunia. Indonesia menilai peluang untuk mengembangkan kedua komoditas tersebut.
“Sebagaimana diketahui satu hektare tanaman bambu dapat menyerap 50 ton karbondioksida setara setiap tahunnya,” katanya.
Indonesia sendiri merupakan anggota Inbar. Ali menyebut, Indonesia memiliki potensi bambu dan rotan yang cukup besar.
“Indonesia adalah anggota yang sangat penting dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan (KSS) dan Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam KSS untuk pengembangan bambu dan rotan karena Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar dalam kerangka KSS,” kata Ali.
Di beberapa negara, rotan mengalami penurunan potensi bahkan sudah punah. Untuk itu, diperlukan upaya untuk membangkitkan lagi rotan di negara-negara anggota Inbar.
Mengingat posisi Indonesia yang sangat strategis, Ali berharap agar Inbar membuka kantor di Indonesia sebagai hub di kawasan Asia Pasifik, karena baru ada satu perwakilan Inbar di Asia yaitu di India. Menjawab hal itu, Alue mengatakan pihaknya akan mempertimbangkannya.***