KILASBANDUNGNEWS.COM – Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.072 per dolar AS pada perdagangan pasar spot, Jumat (15/11) pagi. Posisi ini menguat 15 poin atau 0,11 persen dari Kamis (14/11) di Rp14.087 per dolar AS.
Di kawasan Asia, rupiah menguat bersama mayoritas mata uang lainnya, seperti won Korea Selatan yang naik 0,38 persen, peso Filipina 0,35 persen, dan ringgit Malaysia 0,18 persen.
Begitu pula dengan dolar Singapura yang menguat 0,09 persen, baht Thailand 0,06 persen, dan yuan China 0,04 persen dari dolar AS. Hanya dolar Hong Kong dan yen Jepang yang berada di zona merah, masing-masing melemah 0,02 persen dan minus 0,15 persen.
Begitu pula dengan mata uang negara maju. Hanya franc Swiss yang melemah 0,06 persen dari dolar AS. Sementara, mayoritas mata uang lain justru berhasil mengungguli dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,01 persen, euro Eropa 0,02 persen, rubel Rusia 0,05 persen, dolar Kanada 0,08 persen, dan dolar Australia 0,16 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan rupiah dibayangi pelemahan, meski masih menguat tipis pada pagi ini. Ia memperkirakan mata uang Garuda akan bergerak di rentang Rp14.020 hingga Rp14.120 per dolar AS pada hari ini.
Pelemahan kurs rupiah, kata Ariston, datang dari kekhawatiran pasar akan kelanjutan negosiasi dagang antara AS dan China. Kedua negara tak kunjung terlihat bakal mengakhiri perang dagang yang sudah beberapa tahun terjadi ini.
Padahal, pasar kian khawatir dengan perlambatan ekonomi kedua negara dan negara-negara lain di dunia akibat terimbas perang dagang AS-China. Selain itu, ada sentimen dari akan dirilisnya data neraca perdagangan Indonesia.
“Ini akan menjadi market mover yang menekan rupiah karena perkiraan neraca perdagangan kembali defisit. Konsensus pasar, data neraca perdagangan Indonesia akan mengalami defisit US$280 juta pada bulan ini,” tandasnya.***