Bandung – Gedung Sate akan segera menjadi ikon Kota Bandung. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan survei kepada 11.000 warga Kota Bandung, untuk memilih lima ikon yang telah diusulkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari mengatakan, dari lima ikon yang diusulkan, 9.000 responden memilih Gedung Sate sebagai ikon resmi daerah.
“Jadi dari lima ikon yang diusulkan akhirnya terpilih satu ikon yaitu Gedung Sate, dari sekitar 11.000 responden, 9.000 responden menyetujui bahwa Gedung Sate yang paling cocok di antara empat ikon lainnya,” ujar Kenny, Senin (16/7/2018).
Lima ikon yang diusulkan antara lain Gedung Sate, Gedung Bandung Creative Hub, Tugu Bandung Lautan Api, dan Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Selanjutnya, tambah Kenny, proses yang harus dilakukan adalah legalisasi ikon.
“Selanjutnya kan ini harus dilegalkan, baik itu berupa keputusan wali kota, bahwa ikon Kota Bandung itu secara resmi adalah Gedung Sate,” tambah Kenny.
Menurut Kenny, ikon Kota Bandung ini penting sebagai media promosi untuk memperkenalkan Kota Bandung itu sendiri. Ikon ini memberikan identitas kepada Kota Bandung agar lebih dikenal ciri khasnya oleh banyak orang.
“Apabila dikaitkan dengan sektor pariwisata,ini cukup strategis sebagai media promosi kita, karena kegiatan pariwisata ini kegiatan yang bersifat dari hulu ke hilir. Mulai dari kajiannya sampai souvenirnya, itu harus ada satu benang merah. Jadi dengan ikon ini bisa memberikan satu kejelasan bahwa orang akan mengingat Kota Bandung itu salah satunya adalah Gedung Sate,” jelasnya seperti dilansir prfm.
Kenny mengungkapkan, proses pencarian ikon Kota Bandung ini telah dimulai sejak akhir tahun 2017. Saat itu, Pemkot Bandung melakukan kajian dengan beberapa pakar terkait ikon yang pas. Lalu, dari hasil kajian tersebut dilakukan polling ke masyarakat.
“Sebetulnya sejak akhir tahun kemarin, kita sudah melakukan kajian dengan beberapa pakar, dan sekitar dua bulan yang lalu, kita sempat pers conference memberitahu ke media juga bahwa hasil dari kajian itu memang harus kita telusuri, dengan melakukan polling ke masyarakat,” tuturnya.***