KILASBANDUNGNEWS.COM – Perekonomian Jawa Barat pada triwulan IV 2021 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,21% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2021 yang tumbuh sebesar 3,43% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,02% (yoy).
Kepala Bank Indonesia Jawa Barat, Herawanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tersebut, terutama didorong oleh peningkatan permintaan global maupun domestik yang mendongkrak kinerja produksi sektor utama, khususnya sektor industri pengolahan serta ekspor.
“Penerapan kebijakan dynamic balancing strategy yang terus diterapkan dengan baik oleh pemerintah daerah dan berbagai pihak lainnya memberikan hasil yang menggembirakan dalam kemajuan pemulihan ekonomi Jawa Barat,” ucap Herawanto, dalam acara media briefing “Perekonomian Jawa Barat 2021 dan Prospek 2022, Selasa (08/02/2022).
“Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tercatat sebesar 3,74% (yoy), jauh membaik dibandingkan tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar -2,44% (yoy),” imbuhnya.
Dari sisi pengeluaran, selain ekspor yang tumbuh signifikan sebesar 26,03% (yoy), konsumsi rumah tangga juga meningkat sebesar 2,52% (yoy), searah dengan peningkatan mobilitas masyarakat di akhir 2021.
Herawanto menambahkan, tingginya ekspor dipicu oleh perekonomian global yang membaik sehingga meningkatkan permintaan ekspor produk-produk manufaktur Jawa Barat. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang berkontribusi sebesar 63,6% terhadap perekonomian Jawa Barat tumbuh meningkat sejalan dengan keputusan Pemerintah untuk membatalkan pengetatan PPKM pada periode Nataru.
“Perbaikan ekonomi Jawa Barat juga didorong oleh peningkatan konsumsi pemerintah seiring dengan tingginya realisasi belanja pemerintah daerah, khususnya untuk belanja modal dalam rangka membiayai proyek infrastruktur,” ujarnya.
Hal ini turut mengangkat investasi yang juga tumbuh positif sebesar 7,20% (yoy). Peningkatan investasi ini ditopang oleh realisasi proyek multiyears yang terus berlanjut, seperti Jalan Tol Cisumdawu dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, serta investasi yang dilakukan oleh korporasi besar di Jawa Barat di tahun 2021.
Secara lebih rinci, dari sisi sektoral, perbaikan kinerja terjadi pada sebagian besar lapangan usaha (LU), terutama sektor ekonomi utama Jawa Barat, yaitu industri pengolahan yang tumbuh 9,15% (yoy) dan sektor perdagangan yang tumbuh 5,18% (yoy).
Sektor industri pengolahan yang memiliki share terbesar terhadap perekonomian Jawa Barat (43%) pada triwulan IV 2021 membukukan sumbangan tertinggi pada pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini terkonfirmasi dari hasil survei kami yang mencatat Prompt Manufacturing Index Jawa Barat meningkat menjadi 57,3 pada triwulan IV 2021.
Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja industri pengolahan terutama ditopang oleh industri otomotif. Selain industri pengolahan, sektor perdagangan, penyediaan akomodasi & mamin, dan transportasi juga meningkat signifikan sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan aktivitas usaha.
Herawanto juga menyampaikan pada tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,0%-5,8% (yoy), terutama didukung oleh perbaikan permintaan domestik dan masih besarnya potensi perbaikan kinerja ekspor dan investasi.
“Geliat perbaikan ekonomi pada awal tahun 2022 telah nampak pada beberapa indikator dini seperti Indeks Keyakinan Konsumen di Jawa Barat sebesar 105,66 dan Prompt Manufacturing Index triwulan I 2022 yang sebesar 59,0,” tuturnya.
Optimalisasi perekonomian Jawa Barat di tahun 2022 menurut Herawanto, juga ditopang oleh kinerja infrastruktur, antara lain Jalan Tol Cisumdawu dan BIJB sebagai hub logistik. Selain itu, potensi perekonomian Jawa Barat ke depan juga menunjukkan optimisme sejalan dengan didorongnya inklusivitas ekonomi dengan pembangunan Jabar Utara dan Jabar Selatan.
“Peluang investasi masih terbuka lebar, baik proyek strategis nasional (PSN) seperti Pelabuhan Patimban, Bendungan Cipanas, maupun investasi swasta seperti pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) dan pengembangan industri kendaraan listrik,” jelas Herawanto.
“Di sisi lain, masih tingginya peluang sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru yang semakin mengimplementasikan green economy, yang sekaligus merupakan salah satu agenda penting pada G-20 2022,” pungkasnya. (Parno)