KILASBANDUNGNEWS.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Februari 2020. Oleh karenanya, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung siapa mengantisipasi terjadinya bencana hidrologi seperti banjir dan longsor.
Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengendalian DPU Kota Bandung, Yul Zulkarnaen mengatakan banjir yang terjadi di Kota Bandung saat ini paling tinggi sekitar 50 cm. Itu dapat surut dalam waktu 2-3 jam.
“Kalau terjadi hujan lebat, ada satu kasus di daerah Adipura (Komplek Bumi Adipura Gedebage) sampai dua hari. Tapi itu terjadi karena airnya sulit dialirkan, dipompa juga airnya tetap di situ. Itu karena di Kabupaten Bandung juga lebih tinggi airnya,” jelasnya pada Bandung Menjawab di Taman Sejarah, Jalan Aceh, Kota Bandung, Kamis (30/01/2020).
Menurut Yul, ada banyak faktor penyebab banjir di Kota Bandung. Salah satunya, kawasan resapan dan hutan konservasi di kawasan utara telah menjadi bangunan. Akibatnya, akir hujan tidak lagi menyerap tetapi langsung turun ke bawah.
“Untuk memperbesar sungai pun tidak memungkinkan. Ada juga pola perilaku masyarakat yang masih tidak baik seperti buang sampah di sungai dan membuat aliran air tertahan,” ucapnya.
Untuk meminimalisir banjir di beberapa titik, Pemkot Bandung tengah membangun kolam retensi. Kolam retensi memanfaatkan lahan Pemkot Bandung, milik perorangan, swasta, atau instansi.
“Pembangunan kolam retensi yang lahanya bukan milik Pemkot itu di Jalan Bima kolaborasi dengan pihak swasta. Kawasan tersebut juga akan ditata sedemikian rupa agar nantinya menjadi kawasan wisata juga,” katanya.
Sedangkan Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Diskar PB Kota Bandung, Sihar Pandapotan Sitinjak mengatakan, selain banjir karena hujan lebat, warga juga perlu mewaspadai banjir bandang.
“Kalau banjir bandang itu airnya tertahan dulu, lalu tiba-tiba mengair dengan cepat. Biasanya terjadi di daerah atas yang kontur bangunannya miring seperti Cidadap. Kita perlu waspadai itu,” katanya.
Menurut Sihar, banjir bandang dapat menyebabkan longsor. Sehingga pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mengantisipasi hal tersebut.
“Kita selalu berkoordinasi untuk melihat potensi-potensi yang bisa terjadi dalam kebencanaan sesuai tupoksi (tugas pokok dan fungsi). Seperti pengecekan infrastruktur di beberapa wilayah. Kalau ada yang rusak kita sampaikan ke dinas terkait,” tuturnya. (rls)