Bandung – Memasuki musim penghujan, Pemerintah Kota Bandung mengajak masyarakat untuk meningkatkan lagi gerakan 1 rumah 1 jumantik (Juru Pemantau Jentik). Gerakan ini nantinya untuk memaksimalkan upaya 3M plus sebagai pencegahan virus demam berdarah.
“Bicara mengenai demam berdarah, itu disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti. Perkembangbiakan nyamuk jenis ini cukup tinggi. Apalagi saat cuaca memasuki musim penghujan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Rita Verita Sri Hasniarty, di Taman Sejarah, Jalan Aceh, Kamis (31/1/2019).
Rita mengingatkan, nyamuk demam berdarah aktif “mencari mangsa” pada pukul 08.00-10.00 WIB. Oleh karenanya, anak-anak sangat rentan terkena gigitan nyamuk demam berdarah saat berada di sekolah.
Untuk upaya mencegahnya, Dinas Kesehatan telah mengumpulkan para kepala sekolah SD dan SMP Negeri se-kota Bandung. Para kepala sekolah diminta untuk mewaspadai perkembangan jentik nyamuk di sekolahnya. Salah satunya melalui gerakan Juru Pemantau Jentik (jumantik) cilik.
“Perlu diketahui, angka penderita demam berdarah 40,48% dialami oleh anak usia sekolah,” ungkap Rita.
“Selain 3M yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur, kita juga harus perhatikan yang sisi plusnya. Seperti membekali anak lotion anti-nyamuk saat berangkat sekolah,” ujar Rita.
Rita menyebutkan, hingga 30 Januari 2019, angka penderita demam berdarah di Kota Bandung mencapai 224 kasus.
Sementara untuk upaya pencegahan di rumah, bisa dilakukan dengan beberapa hal seperti menyikat dinding bak mandi, memasang kelambu di tempat tidur, menanam pohon lavender bagi yang memiliki kebun atau menaruh jenis ikan cupang bagi yang memiliki kolam ikan.
Selanjutnya, Rita juga menyebutkan jika ada masyarakat Kota Bandung yang di wilayahnya mulai resah akan wabah Demam Berdarah, maka bisa mengajukan surat permohonan fogging ke Puskesmas di wilayahnya masing-masing.
“Tapi, yang terpenting itu bukan fogging-nya, melainkan pemberantasan sarang nyamuknya,” tegas Rita.