Bandung – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Bandung melakukan kurasi terhadap 291 karya buatan warga Kota Bandung di Gedung Bandung Creative Hub, 19-20 Maret ini. Kurasi untuk menyeleksi produk yang merepresentasikan kreativitas Kota Bandung.
Kurasi tersebut melibatkan kurator dari berbagai sektor, mulai dari akademisi, pakar, dan unsur Dekranasda Kota Bandung.
Salah seorang kurator, Elliati Djakaria Sutjiawan mengungkapkan, banyak kerajinan tangan karya warga Bandung yang berkualitas tinggi. Kerajinan tersebut sudah cocok untuk menjadi produk ekspor.
“Ada beberapa potensi yang bisa dikembangkan. Jadi perlu inovasi terutama dalam desain,” ujarnya, Senin (19/3/2019).
Ada beberapa komponen penilaian yang menjadi perhatian para curator. Salah satunya adalah keotentikan karya. Kerajinan yang bersifat unik dan memiliki ciri khas merupakan kekuatan yang utama.
“Saya pikir craft itu harus otentik. Jadi yang berbeda dari yang lainnya, itu yang saya pikir sangat penting. Itu yang bisa bersaing di masyarakat,” katanya.
Keotentikan itu didapat dari nilai kelokalan yang terlihat pada karya yang ditampilkan. Di sisi lain, inovasi produk juga menjadi penting karena sesuatu yang baru selalu menatik perhatian.
Tim kurator juga melihat kualitas pembuatan produk, mulai dari pemilihan bahan, pengerjaan, hingga sentuhan akhir yang diberikan oleh para pengrajin. Namun yang tak kalah penting adalah produk itu harus bisa dipasarkan.
“Produknya harus marketable. Apakah bisa dijual atau tidak dengan harganya? Harus dilihat price-nya dia bisa laku dijual. Kalau kemahalan juga tidak bisa,” imbuhnya.
Elliati yang merupakan dosen desain interior di Universitas Kristen Maranatha mengakui, persoalan pasar merupakan masalah klasik para pengrajin seni kriya. Pasalnya, kerajinan tangan memiliki kesulitan tersendiri dari segi pembuatan namun sulit untuk mencapai nilai harga yang sepadan.
“Tapi kita lihat dari pengerjaan yang sulit atau tidak, perlu juga dihargai. Karena itu adalah kesulitan UKM sebenarnya,” katanya.
Hal ini juga terus menjadi pembahasan para pemerhati seni kerajinan tangan. Elliati pun berkesimpulan bahwa perlu ada dukungan semua pihak untuk membuka peluang seluas-luasnya bagi para pengrajin kriya.
“Terutama dari masyarakat, harus ada dukungan dari semua pihak,” katanya.
Dukungan itulah yang coba dibangun oleh Dekranasda Kota Bandung. Secara rutin, organisasi independen ini memberikan fasilitasi kepada para pengrajin agar bisa menemukan pasar melalui berbagai pameran.
Kurasi ini juga merupakan salah satu bentuk upaya menyeleksi produk yang akan diikutsertakan Dekranasda di berbagai pameran yang akan datang. Setidaknya akan ada empat pameran pada April 2019 mendatang yang akan diikuti oleh Dekranasda.
“Kita akan pameran di Inacraft, ada juga pameran di Surabaya, di Kota Bandung, dan di acara Manila Fame 2019 Filipina,” jelas Indah Kurniawati, staf Bidang Daya Saing Dekranasda Kota Bandung.
Ia memaparkan, kurasi ini merupakan tahap pertama dari serangkaian proses pembinaan oleh Dekranasda. Di kemudian hari, Dekranasda Kota Bandung akan terus menyelenggarakan kurasi untuk mengevaluasi hasil pembinaan sekaligus menjaring produk-produk kriya berkualitas buah karya warga.
“Nanti yang belum lolos kurasi akan terus kita bina, nanti dilihat produknya, apa yang mesti diperbaiki atau ditingkatkan, kurasi lagi, itu terus,” ucapnya.***