KILASBANDUNGNEWS.COM – Bank Dunia (World Bank) mengungkap hasil temuan yang menyebut bahwa siswa Indonesia kehilangan 0,9 tahun atau sekitar 10 bulan masa pembelajaran di sekolah akibat pandemi Covid-19 sejak awal 2020 lalu.
Peneliti Bank Dunia untuk Indonesia, Rythia Afkar menyebut masa learning loss itu bisa lebih tinggi bergantung pada sejumlah variabel lain, seperti efektivitas selama pembelajaran jarak jauh, hingga jumlah sekolah yang telah dibuka.
“Hasil estimasi kami menunjukkan bahwa penutupan sekolah hingga Juni 2021 dengan asumsi efektivitas 40 persen, telah mengakibatkan hilangnya sekitar 0,9 tahun pembelajaran,” kata dia dalam paparannya, Jumat (17/9).
Rythia menjelaskan, estimasi hingga Juni 2021 diambil berdasarkan akhir tahun ajaran semester genap 2021. Sedangkan masa learning loss akibat pandemi angkanya bisa lebih besar jika diestimasi hingga Desember 2021.
Penelitian Bank Dunia terkait tingkat learning loss RI menggunakan tiga skenario berdasarkan jumlah sekolah yang telah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Semakin kecil sekolah yang menggelar belajar tatap muka, angka learning loss akan semakin tinggi.
Misalnya, jelas Rythia, dengan asumsi sekolah yang telah dibuka mencapai 50 persen, angka learning loss akibat 1,5 tahun pandemi naik dari 10 menjadi 11 bulan, bahkan bisa mencapai satu tahun masa pembelajaran yang hilang.
“Nah di sini asumsinya kami menggunakan efektivitas yang paling besar di 40 persen. Kalau kita menggunakan efektivitas lebih rendah, kita akan mendapat learning loss yang lebih banyak lagi. Jadi akan lebih buruk lagi,” kata dia.
Di sisi lain, dia menjelaskan, pandemi juga menyebabkan efektivitas belajar siswa hanya mencapai 40 persen. Jumlah itu kata dia terbilang rendah, dan memperburuk kualitas belajar siswa di sekolah.
Dia juga menyoroti rata-rata masa siswa Indonesia belajar di sekolah yang mencapai 12,4 tahun. Namun, dari masa bersekolah itu, dia menyebut siswa hanya belajar efektif selama 7,8 tahun.
“Lamanya angka sekolah kalau kita ambil rata-rata itu 12,4 tahun. Tapi apakah mereka benar-benar learning, ternyata hanya 7,8 tahun. Jadi memang sebelum pandemi sudah crisis,” kata Rythia. (Sumber: www.cnnindonesia.com)