KILASBANDUNGNEWS.COM – Asian Development Bank pernah menyebut Bandung sebagai kota termacet se-Indonesia.

Hal itu bukan isapan jempol dan dapat dibuktikan dengan melihat situasi jalanan Kota Bandung saat libur panjang.

Dosen dan pakar transportasi Institut Teknologi Bandung Sony Wibowo mengatakan, kemacetan yang semakin menjadi adalah imbas dari kebijakan publik Pemkot Bandung yang belum jelas.

“Selama ini belum ada kejelasan pemerintah untuk membatasi kendaraan pribadi melintas di jalan. Padahal, itu jadi salah satu cara mengurangi kemacetan,” katanya seperti dilansir Pikiran Rakyat.

Sony mengatakan, pemerintah sepatutnya memperbaiki sarana transportasi massal, mulai dari perbaikan fisik kendaraan, penentuan rute yang tepat sasaran, hingga mengerti apa yang jadi masalah sopir.

“Entah kenapa, pemerintah belum memperbaiki moda transportasi massal. Padahal jelas, salah satu penyebab kemacetan di Bandung karena masifnya pemakaian kendaraan pribadi,” ujarnya.

“Padahal, dulu ada angkot wisata yang membuat wisatawan meninggalkan kendaraan pribadinya di penginapan. Lalu mereka pun berkeliling dengan angkot,” katanya.

Program angkot wisata yang disebut Sony Wibowo itu datang dari ide masyarakat. Namun, program tersebut berjalan hanya seumur jagung. Sebab, pemerintah tak serius mendukungnya.

“Pemerintah seolah enggan mendukung keberlangsungan angkot wisata. Sehari booming, lalu hari berikutnya punah,” ucapnya.

Sony Wibowo menekankan agar lahan parkir di Kota Bandung wajib diperluas karena banyaknya tempat makan dan bersantai seperti di Jalan Braga.

“Para pengusaha harus menyediakan lapak (parkir). Di sini pemerintah harus tegas. Kalau belum ada lahar parkirnya, izin usahanya bisa saja ditangguhkan,” ujarnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.