Bandung – Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda Provinsi Lampung kembali meletus. Berdasarkan Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau PVMBG, Gunung Anak Krakatau erupsi sebanyak 576 selama sehari pada Sabtu (18/8) dengan tinggi letusan bervariasi 100-500 meter dari puncak kawah.
Selama 24 jam, Gunung Anak Krakatau meletus dengan amplitudo 23-44 mm dan durasi letusan 19-255 detik. Letusan disertai lontaran abu vulkanik, pasir, lontaran batu pijar dan suara dentuman. Secara visual pada malam hari teramati sinar api dan guguran lava pijar. Hembusan berlangsung 80 kali kejadian, amplitudo 5-30 mm dengan durasi 10-80 detik.
Pada Sabtu petang, Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau PVMBG memantau terjadinya letusan dengan tinggi kolom abu sekitar 500 m di atas puncak atau 805 m di atas permukaan laut. Kolom abu berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara.
Meskipun terjadi letusan lebih dari 500 kali, tidak ada letusan yang besar yang menimbulkan dampak merusak. Letusan yang terjadi hanya kecil namun beruntun. Letusan tidak berpengaruh pada jalur penerbangan dan jalur pelayaran di Selat Sunda dan tidak ada peningkatan status gunungapi yaitu masih Waspada (level II) dengan radius zona berbahaya di dalam radius 2 km.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menghimbau masyarakat tetap tenang. BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA telah melakukan langkah antisipasi, yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 2 km dari puncak kawah.
“Sesungguhnya ini adalah peluang untuk wisata dan edukasi gunungapi, tidak semua negara memiliki gunungapi, Indonesia memiliki 127 gunungapi aktif atau 13 persen gunungapi aktif di dunia ada di Indonesia,” ucapnya.***
Suparno Hadisaputro/ LPS PRSSNI Bandung