KILASBANDUNGNEWS.COM – UPT Kebudayaan dan BIPAF Community bekerjasama dengan LPPM Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kembali menggelar Bandung Isola Performing Arts Festival (BIPAF). Acara yang digelar pada Jumat (18/10/2024) malam, berlangsung di halaman Gedung Isola atau Bumi Siliwangi UPI.
Gelaran BIPAF yang ke-8 dengan mengangkat tema Intercultural Collaboration ini
menyajikan tarian bertaraf internasional dari sebuah perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Direktur BIPAF Ayo Sunaryo mengatakan bahwa BIPAF merupakan sebuah festival yang menjadi wadah promosi karya seni pertunjukan inovatif terkurasi (tari, teater tari, drama tari) di Kota Bandung.
“Festival ini merupakan bentuk fasilitasi bagi para pencipta, penyaji seni, dan tim pekerja kreatif untuk mementaskan karyanya, sehingga terjadinya kolaborasi dan transaksi dengan para direktur festival dan venue presenters tingkat nasional dan internasional,” ucap Ayo, di Isola UPI, Jumat (18/10/2024).
“Karya-karya yang ditampilkan merupakan hasil kreativitas dari para seniman berbakat dari Indonesia, Filipina, Malaysia dan Jeman dengan jumlah karya mencapai 9 tarian yang didukung oleh 75 penari,” imbuhnya.
Ayo memaparkan bahwa BIPAF didesain untuk indoor maupun outdoor stage dengan mengambil latar bangunan heritage “Villa Isola” UPI.
“Tema Intercultural Collaboration sebagai fokus utama, mewakili sinergi antar bangsa mempersembahkan karya seni yang mendalam dan penuh makna,” katanya
Ayo berharap melalui kolaborasi lintas festival, BIPAF ini tidak hanya mampu merayakan keindahan keberagaman tetapi membuka cakrawala baru untuk memahami dan menghargai berbagai bentuk seni dan budaya.
‘Kita berharap BIPAF menjadi sumber inspirasi dan pengingat akan pentingnya kolaborasi dalam menciptakan masa depan seni yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ayo juga menjelaskan bahwa BIPAF sebagai seni pertunjukan yang menjembatani perbedaan, memupuk pemahaman, serta membangun kebersamaan di tengah dinamika dunia yang terus berubah.
‘Dengan menampilkan karya-karya terbaik, BIPAF menjadi tempat mempertemukan tradisi dan inovasi, lokalitas dan globalitas, serta menciptakan ruang di mana kreativitas tumbuh tanpa batas, serta sumber inspirasi dan pengingat akan pentingnya kolaborasi dalam menciptakan masa depan seni yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” tuturnya.
Ine Arini Bastaman Cakraningrat, mengaku, dalam tariannya yang berjudul “Pada Suatu Hari di Rumah Bersalin”. dirinya menampikan pengalamannya selama hidup sebagai perempuan yang bekerja sebagai bidan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi sejak kecil hingga saat ini menginjak 70 tahun.
“Para perempuan untuk tampil sebagai perempuan yang kuat tanpa harus mengindahkan kodratnya sebagai perempuan yang komitmen dan tanggungjawab terhadap keluarga dan bangsa,” tegasnya.
Ine berharap, gelaran BIPAF dipercaya bisa memberikan warna dan nuansa lain seni tari. Dengan hadirnya para penari dari luar negeri yang menyajikan seni tari lokal yang berkolaborasi dengan para penari lokal akan menghadirkan warna dan nuansa berbeda pada seni tari lokal.
Sementara itu, Martina Feiertag penari dari Jerman akan membawakan tarian Never Enough. Berkolaboari dengan Dian Bokir dan Ary Therry. Akan menyajikan tarian modern dikolaborasikan dengan tarian tradisional dari Trenggalèk, Jawa Timur.
“Tarian ini menggambarkan kerakusan hewan babi yang merusak dan memakan kebun milik rakyat yang disajikan dalam nuansa komedi,” pungkasnya. (PARNO)