KILASBANDUNGNEWS.COM – Berbagai upaya terus dilakukan berbagai pihak untuk terus mengamankan bahkan mendorong pertumbuhan ekonom ditengah menghangatnya kondisi global.

Untuk itu perlu langkah bersama dalam kolaborasi pentahelix yaitu unsur akademisi, bisnis (pelaku usaha), community (masyarakat), government (pemerintahan), dan media, atau disingkat ABCGM.

Keterlibatan lima elemen ini sangat penting dalam Pembangunan. Kolaborasi ini bertujuan untuk memadukan berbagai perspektif, sumber daya, dan keahlian guna menciptakan sinergi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Kolaborasi Pentahelix bisa menjadi pondasi utama dalam mengusung dan memperkuat berbagai upaya pembangunan dalam berbagai sektor termasuk ekonomi dengan identifikasi peran dan kontribusi masing-masing elemen.

Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) yang menjadi salah dari satu elemen Pentahelix yakni media massa, memfasilitasi sebuah seminar nasional yang dihadiri kelima elemen Pentahelix. Mengambil tema “Memperkuat Hubungan Pentahelix dalam Mendukung Perekonomian Nasional.”

Dengan menghadirkan narasumber Sekda Provinsi Jabar Herman Suryatman, Akademisi Unpad Kurniawan Saefullah, Hilman Hidayat dari praktisi media, I Made Sandika Dwiantara dari kalangan profesional bisnis dan Siti Rahma mewakili komunitas masyarakat.

“Tujuannya untuk membangun jaringan dan sinergi antara akademisi, dunia usaha, media, masyarakat, dan pemerintah. Menghasilkan rekomendasi strategi kolaboratif untuk memperkuat hubungan Pentahelix,” ujar Ketua IWEB Yulistine Kasumaningrum, Selasa (17/9/2024), di Ballroom Hotel Holiday Inn, Kota Bandung.

Sekda Provinsi Jabar Herman Suryatman mengatakan secara ekonomi Jawa Barat selalu menjadi yang terbaik nasional. Misalnya capaian investasi tertinggi nasional diatas Rp200 triliun kemudian kinerja birokrasi juga terbaik nasional.

Namun masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mencapai Visi dan Misi Jabar 2025-2040 sebagai provinsi termaju. Waktunya tinggal satu tahun lagi untuk lepas kandas.

“Jabar harus mencapai tingkat kemajuan dan perkembangan pembangunanyang paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya, memiliki keunggulan kompetitif di tingkat dunia dalam berbagai aspek dan menjamin kelestarian sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup dengan tata kelola yang baik dalam jangka panjang,” ujarnya.

Namun tantangan berat masih terlihat. Seperti rendahnya kualitas tenaga kerja namun kondisi ini diperumit dengan tingginya upah di Jawa Barat. Disinilah perlunya andil dari akademisi untuk memperbaiki kualitas SDM.

Masih ada ketimpangan pembangunan antara daerah industri dan non industri yang menyebabkan ketidakmerataan akses terhadap pekerjaan. Sebagian besar wilayah dengan investasi tertinggi merupakan kawasan industri, dengan investasi di sektor yang padat modal.

“Realisasi investasi di Kawasan Rebana di tahun 2023 masih tergolong rendah, hanya mencapai 8,47% dari total investasi yang masuk ke Jawa Barat. Investasi di Jawa Barat bagian Selatan lebih rendah dari kawasan Rebana, yaitu hanya 5,6 persen dari total investasi Jawa Barat. Tentu harus segera diperbaiki dengan bantuan pengusaha dan stake holder terkait,” tuturnya.

Herman menambahkan bahwa Jabar fokus pada pengembangan industri berteknologi tinggi, peningkatan inovasi dan riset pada industri. Tentunya tidak bisa sendirian, namun perlu kolaborasi pentahelix. Riset tentu dibutuhkan.

“Jabar siap untuk menjadi yang terdepan,” tegas Herman.

Akademisi Unpad Kurniawan Saefullah menyebutkan melalui kolaborasi pentahelix maka semua pihak akan memiliki peran masing-masing sesuai dengan keahliannya.

Jangan sampai pertumbuhan ekonomi yang tinggi atau investasi Jabar tertinggi namun belum tentu dirasakan seluruh masyarakat.

“Ketimpangan ekonomi jangan sampai membesar. Dari pemerintah dibutuhkan kebijakan untuk mendukung upaya bersama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di Jabar yang berkelanjutan, “jelasnya.

Caranya melalui pemerataan pembangunan hingga investasi. Jabar bisa membuka kawasan baru untuk memeratakan investasi.

Sementara akademisi dapat memberikan masukan melalui hasil riset. Juga memberikan edukasi dan tenaga kerja yang andal atau sesuai kebutuhan industri.

Media tentu berperan dalam menyebarkan informasi dan edukasi mengenai kolaborasi pentahelix ini dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Media bisa mempertemukan atau memediasi seluruh stake holder.

Ketua PWI Jabar Hilman Hidayat menyatakan media kini bukan hanya menjadi penyampai pesan, tetapi juga memiliki pengaruh dalam pembentukan persepsi, opini publik, serta sikap masyarakat terhadap isu-isu ekonomi.

“Media dapat mengambil peran dalam proses pembuatan kebijakan. Bukan hanya sebagai penyampai informasi namun dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi melalui berita yang dibuat,” ujarnya.

Kolaborasi pentahelix dalam pemanfaatan potensi ekonomi berkelanjutan juga perlu menjadi perhatian. Sebagai contoh, I Made Sandika Dwiantara, Dirut PT Surya Energi Indotama menyebutkan potensi atau rencana pembangunan Solar Power Plant hingga 2030, tentu membutuhkan kolaborasi saling mendukung.

Made menyebut potensi Solar Rooftop mencapai 1.59 GW , Large Scale Solar sekitar 4.68 GW , Floating Solar sekitar 89.37 GW , Natural lake (36 lokasi) sebanyak 74.67 GW dan bendungan (257 Lokasi) sekitar 14.7 GW.

“Pemanfaatan energi surya akan mendukung pertumbuhan ekonomi hijau, membuka lapangan kerja dan semakin menambah daya saing Indonesia di kancah global,” ujarnya.

Perwakilan Komunitas Masyarakat Siti Rahmawati mendukung kolaborasi pentahelix yang digagas IWEB. Sebab nenurutnya, dengan kerja kolektif maka permasalahan yang ada di masyarakat, seperti kemiskinan dan lapangan kerja akan lebih mudah untuk dipecahkan. (Parno)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.