KILASBANDUNGNEWS.COM – Karena menunggak tagihan Perumda Tirtawening sebesar Rp 12 juta, pipa ledeng ke rumah Nyai Ratnaisih diputus, akibatnya setahun ini 3 unit rumah kaka beradik Ratnaisih kesulitan mendapat air bersih.

Namun beruntungnya pada kesempatan program ramadan berkah digelar ‘Jabar Bergerak’ beberapa waktu lalu, Ratnaisih bisa bertemu dan curhat dengan Atalia Praratya. Alhasil tunggakan itu diputihkan dan kini bisa kembali menikmati air bersih.

“Tagihan Rp 300 ribu per bulan, namun setiap ada tagihan selalu saling lempar. Sampai jadi tunggakkan Rp 12 juta. Setahun ini sudah diputus jadi kami membeli air atau mengambil ke mesjid As Syifa, tetapi capek karena jauh,” keluh Tini adik Ratnaisih.

Setelah diputihkan ini Tini mengaku akan memaksakan dirinya dan adik kakanya untuk membayar tagihan air bersih setiap bulan.
“Muhun ke mah bade mereketkeun (Ia nanti akan memaksakan) bayar,” ucap Tini seraya mengaku di 3 unit rumah ukuran 2,5 x 2,5 meter itu ada yang dihuni 14 jiwa, 8 jiwa, dan 6 jiwa.

Ketua Umum ‘Jabar Bergerak’ Atalia Praratya sendiri menyampaikan bahwa keluhan Ratniasih ini tak sengaja terkuak saat program ramadan berkah.

“Ini rutin dilakukan dan tidak hanya di kota bandung tapi di 27 kota/kabupaten, kami turun ke daerah Sarijadi ini kami menemukan berbagai fenomena di masyarakat dari mulai sekolah, pekerjaan termasuk kebutuhan rumah yang sangat fundamental sangat vital yaitu terkait dengan air,” ucap isteri mantan Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil periode 2018-2023, Rabu (22/5/2024).
Saat itu saat kumpul di gang tersebut, Ratniasih menyampaikan keluhannya. Kemudian Atalia masuk kerumah itu dan menemukan ada 14 jiwa yang tinggal disana.

“Bayangkan, wah itu anak beranak keluarga besar, tetangga-tentangganya juga kaka adik, saat itu mengeluh tidak ada air. Saya tanya kenapa, ternyata sudah lama tidak membayar tagihan PAM jadi diputus, alhamdulilah kita bersyukur PDAM ada pak sonny ternyata ada program baik sekali bagi keluarga tidak mampu,” ujar Atalia.

Masih kata dia, ternyata ada nilai tertentu ditawarkan ke masyarakat notabene pelanggan ketika kesulitan membayar terutama keluarga tidak mampu agar beralih golongan ke tarif khusus atau golongan sosial.

“Nampaknya informasi ini tidak dapatkan masyarakat yang kesulitan tidak bayar sehingga banyak yang diputus. Itu sangat merugikan kualitas hidup menjadi kurang baik, nah ini momen sangat baik berbagai program ‘Jabar Bergerak’ salah satunya adalah edukasi program pemerintah yang ada, kedepan harus terinformasikan,” tegasnya.

Sementara itu Perumda Tirtawening Sonny Salimi mengatakan bahwa di perumda ada tarif golongan khusus sosial yakni apabila ada rumah tangga dari keluarga tidak mampu bisa diterapkan tarif sosial tersebut.

“Itu diangka 1000 atau 2000 per kubiknya, sebetulnya kalau bayar 50 ribu itu murah kan, apalagi ada 14 orang tapi yang menarik adanya sengketa,” ujar Sonny.

Sonny menceritakan sebenarnya sambungan air langganannya hanya satu cuma yang menggunakan 3 sampai 4 keluarga atau rumah.
“Saya gak hafal, nah pada saat membayar tidak mau udunan, jadi lah diputus karena tunggakan banyak, jadi mereka itu airnya mau pakai tapi saat bayar tidak mau uduanan. Maka saya tegaskan yang kmarin saya putihkan tetapi kedepan harus bayar, karena kalau tidak mau juga udunan akan diputus lagi,” tegasnya.

Kata Sonny, di Kota Bandung ini yang menggunakan tarif sosial terbilang sedikit atau kurang dari 3000. Dan indikator tarif sosial yakni masyarakat berpenghasilan rendah atau UMR dibawah Rp 4 juta per bulan juta. Dan daya listrik maksimal 900 volt, itu harus diverifikasi dahulu. (EVY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.