KILASBANDUNGNEWS.COM – Dinas Kelautan, Perikanan dan Ketahanan Pangan (DKPKP) Kabupaten Pangandaran membenarkan krisis terumbu karang di Pangandaran sangat memengaruhi ekosistem biota laut. Selain itu langkanya ikan juga disebakan karena minimnya nelayan yang melaut akibat cuaca dan musim paceklik yang berbuntut panjang.

“Ikan yang selama ini berkembang biak di terumbu karang seperti, ikan kakap putih, kerapu, dan sebagainya yang sering dikonsumsi, termasuk ikan hias, karena ikan hias juga termasuk komoditas. Apabila terumbu karang rusak memang menjadi salah satu penyebab kelangkaan ikan saat ini,” kata Kepala DKPKP Pangandaran Dedi Surachman kepada detikJabar. Rabu (6/7/2022).

Penyebab lain rusaknya terumbu karangan karena proses penangkapan ikan yang tak ramah lingkungan. Seperti pengeboman ikan dan alat tangkap yang merusak terumbu karang.

Namun tindakan seperti itu menurutnya sudah tak lagi dilakukan nelayan Pangandaran. Mereka kini sudah beralih menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.

“Alhamdulillah setelah ada imbauan dan bantuan alat tangkap untuk nelayan di Pangandaran, saat ini sudah ramah lingkungan. Bantuan yang sudah disalurkan di antaranya alat tangkap, kapal, dan jaring yongbun,” ucap Dedi.

Selain rusaknya terumbu karang, baby lobster yang terus ditangkap bisa menjadi penyebab utama ekosistem biota laut habis. “Baby lobster itu rantai makanan pertama,” ujarnya.

Demi menjaga ekosistem laut, Dedi menyarankan nelayan di Pangandaran agar tidak menangkap ikan di bawah terumbu karang. Pihaknya sudah mengimbau agar terumbu karang dijaga dengan baik.

Sebab, selain bisa memengaruhi hasil tangkapan nelayan, terumbu karang yang baik bisa jadi daya tarik bagi wisatawan Pangandaran. (Sumber : Detik.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.