KILASBANDUNGNEWS.COM – Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi Lembaga Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB-LEMIGAS) Balitbang E-SDM, Kementerian ESDM menggelar sosialisasi tentang proyek eksplorasi pemboran eksplorasi panas Bumi (Slim Hole) di Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi.

Sosialisasi yang digelar untuk 9 desa, tokoh masyarakat dan perwakilan organisasi masyarakat di Kecamatan Cikakak itu memunculkan kekhawatiran soal penggunaan aliran air Sungai Cimaja oleh pelaksana pengeboran. Hal itu terungkap saat pemaparan oleh tim teknis yang mengatakan akan adanya rencana penggunaan air selama proses pengeboran.

“Permasalahan air di Cimaja itu kurang lebih sudah terjadi antara 3 sampai 4 tahun kebelakang. Karena kondisinya sekarang mata air di Cimaja sudah banyak diambil untuk keperluan Perusahaan Air Minum (PAM). Tadi saya mendengar pernyataan dari tim teknis, kebutuhan mereka untuk Slim Hole ini sekitar 15 kubik perhari. Padahal air itu mengairi pertanian di Desa Cimaja,” kata R Wahyu Cakraningrat, Kepala Desa Cimaja, Senin (28/6/2021).

Wahyu menegaskan awalnya dia tidak terlalu mempersoalkan adanya proses eksplorasi di wilayah Kecamatan Cikakak itu. Namun begitu mendengar akan adanya rencana pengambilan debit air, ia kemudian bereaksi karena khawatir warganya terutama petani akan terdampak.

“Ini menjadi masalah untuk masyarakat kami khususnya petani untuk itu mungkin saya sebagai kades memang awalnya tidak merasa terdampak dengan eksplorasi ini, namun dengan pernyataan tadi itulah baru saya sadar dampak. Itu baru satu pengeboran belum pengeboran yang lain dari satu saja sudah 15 kubik,” ungkap Wahyu.

Wahyu sempat mengungkap kekhawatiran warganya itu di forum sosialisasi tersebut secara langsung.

“Kami khawatir, hari ini sebelum diambil 15 kubik sudah merasa kekurangan air. Khawatirnya hari ini disaat sedikit kemarau masyarakat sudah ngagorowok (berteriak) pak lades cai eweh (Pak Kades air tidak ada) nah desa kita (air) diambil (untuk) pengeboran secara tidak langsung masyarakat akan lebih kekurangan air,” ujarnya.

Wahyu juga menyebut aliran air tersebut digunakan untuk mengairi area pesawahan sebanyak 200 hektar. “Dimanfaatkan untuk 200 hektar sawah, kalau jiwa kurang lebih 7000 jiwa di desa kami,” imbuhnya.

Informasi yang diperoleh detikcom, eksplorasi pengeboran berada di 2 Desa di Kecamatan Cikakak. Area operasional mereka berada di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).

Usman Pasarai, penanggung jawab eksplorasi panas bumi LEMIGAS saat dikonfirmasi detikcom meyakinkan bahwa proses eksplorasi yang mereka lakukan sudah melalui proses otorisasi pihak terkait.

“Sumber mata air Cimaja itu ada tiga nah saat ini yang masih lancar itu di dua sumber mata air, satunya tersendat terutama di musim kemarau. Untuk mengambil air itu melalui izin dikeluarkan setelah ada evaluasi dari otoritas dalam hal ini Dinas Sumber Daya Air kabupaten dan Provisni Jabar,” kata Usman.

Usman juga memastikan sudah mengantongi izin soal itu dari pihak-pihak terkait. Ia meyakini keluarnya izin juga dibarengi dengan kajian teknis.

“Jadi izin pengambilan air sudah kami peroleh dari dinas, artinya dinas sudah melakukan penilaian berapa debit air yang ada di sungai itu hari ini, berapa debit air yang digunakan untuk kegiatan ini. Apakah itu akan mengganggu debit air sungai tersebut atau tidak, kalau mengganggu izinnya tidak akan dikeluarkan,” ujarnya.

“Selama itu tidak berdampak terhadap debit kali (sungai) itu tentu dinas akan memberikan atau mengeluarkan izin tersebut,” pungkas dia menambahkan. (Sumber: news.detik.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.