KILASBANDUNGNEWS.COM – Lama terperosok di hitamnya dunia hiburan membuat Budianto (39) kerap dihantui rasa gamang. Tato yang terukir di hampir di sekujur tubuh bahkan wajahnya, seolah menggambarkan kelam dan liarnya masa lalu pria yang akrab disapa Atok itu.

Kehidupannya dulu ia habiskan di jalanan. Ia pernah hidup menggelandang dan mendapatkan cibiran, tuduhan hingga diskriminasi karena penampilannya yang dipandang tak biasa.

Nazar agar menjadi insan bermanfaat, pascakelahiran anak pertama menjadi titik balik kehidupan pria kelahiran Bogor, Jawa Barat itu. Perlahan, ia menjelma menjadi sosok yang peduli dan humanis, terutama bagi kaum termarjinalkan.

“Setelah lima tahun menikah, akhirnya saya dianugerahi seorang putri, Fatimah namanya. Setelah itu saya seperti dikejar-kejar untuk menunaikan nazar saya,” kata Atok seperti dilansir Detik News, Rabu (6/11/2019).

Di rumahnya yang sempit, di pojok gang senggol yang berada di Jalan Ciburial, Desa Margajaya, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Atok mendirikan rumah singgah bagi kaum terpinggirkan pada 2013 lalu di bawah bendera FK XTatto.

“Saya dirikan rumah singgah ini, biar orang yang senasib dengan saya punya rumah buat pulang dan mereka akan diterima di sini,” ujar Atok yang kini memiliki nama hijrah Muhammad Malik Ibrahim itu.

Poster ala anak punk berpadu harmonis dengan ajakan beribadah di dinding rumahnya. Atok juga menjadikan rumahnya sebagai taman baca, mulai dari buku keagamaan hingga pengetahuan umum tersimpan rapi di rak yang berderet vertikal.

“Saya dan istri punya sedikit tabungan, akhirnya kami beli rumah ini. Untuk rumah singgah, alhamdulillah mereka suka,” kata Atok.

Selama enam tahun berdiri, FK XTatto telah membina 800 orang marjinal. Atok memberikan pendekatan khusus kepada mereka dan mengenalkan nilai-nilai agama Islam.

“Saya tanamkan ke anak-anak, jangan balas cibiran orang dengan kejelekan. Tapi tunjukkan sisi baik kita. Saya sendiri yakin, sebrengseknya seseorang, dia punya sisi baik, itu yang mesti kita berikan sama orang lain,” katanya.

Menurutnya hubungan dengan Allah itu mudah, lewat zikir dan salat. “Yang sulit itu hubungan dengan manusia, bagaimana mereka (peserta binaan) bisa menghadapi pandangan dari orang-orang di sekitarnya,” ujar Atok melanjutkan.

Ia pun selalu menekankan kepada anggota komunitasnya untuk jangan pernah meminta-minta, tapi beri dan lakukan hal bermanfaat bagi sesama.

“Rencananya tanggal 14 Desember nanti kita akan lakukan bakti sosial, alhamdulillah wakil bupati merespons positif niatan kami,” katanya.

Selama berdiri, tak banyak pihak terutama dari instansi pemerintahan yang membantu keberlangsungan komunitas tersebut. Atok bersama istrinya, berjibaku menghidupi hajat anak binaannya tanpa pamrih.

“Istri saya bekerja sebagai satpam, kalau saya ternak dan menjual burung hias,” tuturnya.

Lambat laun, masyarakat di sekitar rumah singgah mulai menerima keberadaan mereka. Bahkan banyak tokoh politik yang ingin mendulang suara anggota komunitas FK XTatto saat masa pemilu.

“Kami hanya minta pelatihan yang berkesinambungan, agar kami mandiri. Selama ini pelatihan masih sekedar formalitas saja, sehari dua hari kemudian diberi uang, kami ingin mandiri benar,” katanya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.