KILASBANDUNGNEWS.COM – Timnas Indonesia U-19 patut waspada dengan kepercayaan diri yang mereka miliki di Kualifikasi Piala Asia U-19 2020.
Di Kualifikasi Piala Asia U-19 2020, Indonesia tergabung di Grup K bersama Korea Utara, Hong Kong, dan Timor Leste. Seluruh laga tersebut akan digelar di Stadion Madya, 6-10 November 2019.
Bertindak sebagai tuan rumah, Timnas Indonesia U-19 memiliki banyak keuntungan. Selain itu, Indonesia juga diunggulkan lantaran dianggap memiliki komposisi yang lebih bagus, sehingga punya kans lolos ke putaran final Piala Asia U-19 2020 yang lebih besar.
Pengamat sepak bola nasional Supriyono juga menyebut Indonesia punya segala-galanya untuk melangkah otomatis ke Piala Asia U-19 2020 yang digelar di Uzbekistan.
Tetapi, jika tim asuhan Fakhri Husaini ini tidak bisa menjaga mental bertanding mereka dengan terlalu percaya diri bahkan menganggap remeh lawan, bukan tidak mungkin Garuda Nusantara akan dipermalukan di kandang sendiri.
Fakhri Husaini memiliki skuat yang sudah saling mengenal satu sama lain. Sebagian pemain dari Timnas Indonesia U-19 ini merupakan pemain Fakhri di Timnas Indonesia U-16.
Bahkan, dari turnamen Piala AFF 2019 pada Agustus lalu, Fakhri hanya melakukan satu perubahan dari 23 pemain yang masuk ke dalam skuat. Striker Saddam Emiruddin Gaffar yang bermain di Piala AFF 2019 digantikan Serdy Hepyfano.
“Jadi, kerangka tim, kecocokan satu sama lain, kerja sama tim sebenarnya sudah terbangun. Khawatirnya ketika mereka terlalu percaya diri itu akan jadi bumerang untuk mereka,” ujar Supriyono seperti dilansir CNN INdonesia, Rabu (6/11/2019).
Di kualifikasi nanti, David Maulana dan kawan-kawan harus berpikir mereka tengah melakoni sebuah turnamen yang setiap pertandingannya itu penting dan wajib meraih kemenangan.
Selain harus berpikir tentang menang, Indonesia juga perlu meminimalkan melakukan kesalahan, baik di sektor pertahanan maupun di depan gawang lawan. Terlalu banyak membuang peluang gol bisa berakibat fatal untuk tuan rumah.
Karena dalam kualifikasi, selisih gol punya peranan vital dalam menentukan lolos tidaknya suatu tim ke babak berikutnya.
“Ketika bicara turnamen, pasti di situ yang diharapkan adalah kemenangan dengan margin yang banyak. Karena dengan perbedaan selisih gol akan memengaruhi kelolosan suatu negara atau tidak,” tutur Supriyono.
Pada pertandingan pertama di Grup K Indonesia lebih dahulu akan melawan Timor Leste di Stadion Madya, Rabu (6/11). Dikutip dari Futbol 24, Indonesia U-19 tidak pernah kalah dari Timor Leste.
Sejak 2013, Timnas Indonesia U-19 sudah tiga kali melawan Timor Leste, dua kali di Piala AFF dan sekali di Kualifikasi Piala Asia. Seluruh laga tersebut disapu bersih dengan kemenangan.
Dalam pertemuan pertama di Piala AFF pada 2013, Indonesia menang 2-0. Kemenangan itu berlanjut pada Kualifikasi Piala Asia di tahun 2017 dengan menang 5-0. Pada Piala AFF 2019, Agustus lalu, Indonesia mempertahankan tren kemenangan dengan menumbangkan Timor Leste 4-0.
Dengan kekuatan yang nyaris sama di ajang ini dengan Piala AFF 2019, Garuda Nusantara memiliki kesempatan besar meraih tiga poin pertama sekaligus melanjutkan tren kemenangan atas Timor Leste.
Usai meladeni Timor Leste, tugas kedua Indonesia menghadapi Hong Kong, Jumat (8/11). Ini akan menghadirkan tantangan yang sedikit berbeda untuk Timnas Indonesia. Hong Kong tidak akan semudah melawan Timor Leste. Meski demikian, peluang tuan rumah meraih kemenangan kedua saat bertemu Hong Kong tetap terbuka lebar.
Sejumlah faktor akan membantu Bagus Kahfi dan kawan-kawan untuk menang atas Hong Kong. Pertama, Indonesia punya rapor bagus saat melawan Hong Kong.
Indonesia pernah menghadapi Hong Kong pada November 2009 di Kualifikasi Piala Asia 2010. Dalam pertandingan tersebut Indonesia menang telak 4-1 pada November 2009, lewat gol Syamsir Alam dan Abdul Rachman Lestaluhu yang masing-masing mencetak dua gol.
Selain rekor pertemuan yang positif, persiapan kedua tim jelang Kualifikasi Piala Asia U-19 juga bisa jadi aspek yang membuat Indonesia menang atas Hong Kong.
Usai Piala AFF 2019, Indonesia melakoni empat kali uji coba, masing-masing dua laga melawan Iran dan China. Dalam empat laga itu, Timnas Indonesia menang dua kali dan kalah dua kali.
Sementara itu, Hong Kong tidak pernah meraih kemenangan saat melakoni turnamen di Taiwan pada September-Oktober. Melawan Gibraltar, Taiwan, dan Myanmar, Hong Kong kalah 2-3, 1-2, serta 0-6.
“Pertandingan pertama itu penting, dengan meraih tiga poin mental dan kepercayaan diri akan meningkat. Lalu lawan Hong Kong [bisa menang]. Ya mungkin Korea Utara saja yang bisa jadi batu sandungan,” ucap Supriyono.
“Selama Indonesia mampu meraih hasil maksimal di pertandingan pertama dan kedua sudah aman [lolos ke Piala Asia],” kata Supriyono menambahkan.
Di pertandingan terakhir pada Minggu (10/11), Indonesia akan menghadapi Korea Utara. Laga ini bisa jadi krusial untuk tuan rumah. Pasalnya, Korea Utara disebut-sebut akan jadi lawan terkuat Indonesia di Grup K.
Jika kedua tim sama-sama meraih kemenangan atas Timor Leste dan Hong Kong, laga pemungkas ini akan jadi pertandingan hidup-mati Indonesia serta Korea Utara.
Meraih hasil imbang bisa menempatkan Indonesia menjadi runner-up, yang artinya harus berhitung dengan tim dari grup lain untuk mendapatkan status runner-up terbaik. Jika kalah dari Korea Utara, Indonesia masih berpeluang sebagai runner-up terbaik, tetapi bisa juga tersingkir.
Selain 11 juara grup, 16 tim yang akan tampil di putaran final Piala Asia U-19 2020 akan diisi Uzbekistan sebagai tuan rumah dan empat tim lain dari runner-up terbaik.
Korea Utara memiliki tren bagus di Kualifikasi Piala Asia. Sejak 2008, Korea Utara hanya sekali gagal lolos ke putaran final, yaitu di Kualifikasi Piala Asia 2018.
Kelebihan lain dari Korea Utara, tidak banyak tim lawan yang tahu dengan kekuatan dari tim berjuluk Chollima itu.
Korea Utara juga dikenal memiliki mental bertarung yang kuat serta etos kerja yang bagus. Berbicara soal Korea Utara, maka yang pemain mereka lakukan adalah dedikasi untuk negara. Faktor-faktor itu perlu diantisipasi dengan baik oleh Indonesia.
“Semangat bertarung mereka akan lebih tinggi, walaupun kalau berbicara kualitas Korea Utara tidak lebih bagus dari Indonesia,” tutur Supriyono.
“Dari sisi teknis dan prestasi mereka tidak begitu bagus. Tapi dedikasi dan motivasi-motivasi seperti itu yang perlu diantisipasi,” ucap mantan pemain Timnas Indonesia itu menambahkan.***