Bandung – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berencana kembali menata Pedagang Kaki Lima (PKL) mingguan di kawasan Monumen Perjuangan (Monju). Penataan untuk memberikan akses lalu lintas agar Jalan Singa Perbangsa dan sekitarnya tetap normal.
Wakil Wali Kota sekaligus Ketua Satgasus PKL Kota Bandung, Yana Mulyana mengatakan, penataan pedagang non formal di kawasan bersejarah itu karena tenda-tenda hasil penataan tahun 2014 sudah waktunya untuk diganti. Selain itu, PKL ditata agar mendukung menjadi destinasi wisata belanja.
“Saya usul tendanya jadi komunal misalkan per 10 meter untuk beberapa PKL. Mudah-mudahan jadi lebih tahan lama. Saya pun minta ada zona tertentu khusus kuliner untuk menghidupkan kawasan Monumen yang di dalamnya ada museum dan lain-lain,” ungkapnya selepas menerima para PKL Monju di Balai Kota, Senin (18/3/2019).
Pada intinya, lanjut Yana, Pemkot Bandung memiliki niat dan berikan kesempatan untuk membuat konsep agar kawasan itu jadi destinasi wisata. Dia mencontohkan penataan PKL di kawasan Candi Borobudur. Di sana tata letak pedagang seperti dibuatkan alur agar pengunjung dapat melewati hampir setiap pedagang.
“Berikan kesempatan Pemkot Bandung untuk survei dan membuat konsep. Terpenting hari ini ada kesepahaman bersama,” sambungnya.
Mengenai jumlah PKL yang akan ditata, Yana menyebutkan hanya sekitar 4.000 pedagang seperti ketika penataan tahun 2014 lalu. Selebihnya akan ditertibkan.
“Maunya lebih bergeser ke dalam, ke arah utara sehingga di ujung jalan dekat Surapati jadi kosong. Termasuk penataan untuk parkir. Karena kami semangatnya penataan kawasan bukan hanya sekedar penataan PKL saja,” katanya seperti dilansir Humas Pemkot Bandung.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Konsumen Sunday Market Monumen Perjuangan, Jujun Junaedi mengaku, bersyukur diajak duduk bersama dalam perencanaan penataan PKL Monju. Bahkan pihaknya menyambut gembira adanya niat baik dari Pemkot Bandung yang diinisiasi Satgasus PKL..
“Alhamdulillah kami berterima kasih kepada pemerintah yang peduli terhadap masyarakat kecil,” ujarnya.
Menurutnya, meskipun hanya seminggu sekali berjualan di kawasan Monju akan tetapi sangat menjanjikan. Dia mencontohkan ada salah satu pedagang yang omzetnya selama enam hari di Pasar Kosambi tidak lebih besar daripada ketika sehari berjualan di kawasan tersebut.
“Harapannya diakomodasi, pedagang harus mendapatkan perlakuan yang adil dan sama dengan orang lain. Sangat berharap pemerintah betul-betul dapat merealisasikan janji-janjinya,” katanya seraya menyebut omzet total PKL di Monju bisa mencapai lebih dari Rp1 milyar.***