Bandung – Untuk mendorong peningkatan peran pemerintah dalam memberi kemudahan berbisnis terutama bagi kaum milenial, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) menggelar diklat teknis Reform Leader Academy (RLA) angkatan XIV.
Widyaiswara Ahli Utama Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Barat di bawah pembinaan LAN RI, Yonatan Wiyoso menyebutkan, dari sekitar 261 juta populasi penduduk Indonesia, 35 persen di antaranya merupakan generasi milenial.
Sehingga wajar jika pemerintah harus meningkatkan perannya dalam membimbing sekaligus mengarahkan generasi muda tersebut.
“Pada RLA kali ini, topik yang diangkat adalah ‘ease of doing business’. Kami ingin para peserta yang merupakan tingkat middle bisa membuat konsep implementatif untuk memicu generasi milenial mau sekaligus mampu membangun bisnis start up,” ungkapnya melalui siaran pers, Rabu (1/8/2018).
Yonatan berpandangan, pemerintah harus mengarahkan generasi milenial menjadi para pencipta lapangan kerja, bukan sebaliknya sebagai pencari lapangan kerja. Sudah saatnya mereka tumbuh sebagai bibit penggerak ekonomi di masa mendatang.
“Dalam RLA ini, kami mendorong para peserta untuk menghasilkan gagasan yang bisa diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari terutama peran pemerintah dalam memfasilitasi pertumbuhan wirausaha di kalangan milenial,” beber dia.
RLA angkatan XIV akan berlangsung sekitar empat bulan dari mulai awal Juli hingga November 2018. Jumlah peserta sebanyak 25 orang yang telah melalui serangkaian seleksi dari berbagai tingkatan.
Para peserta tersebut berasal merupakan ASN eselon 3 dari berbagai daerah di Indonesia seperti provinsi Jawa Barat, provinsi DI Yogyakarta, provinsi Bali, kabupaten dan kota Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, hingga Kota Bandung.
Terdapat tiga orang peserta sebagai perwakilan Pemerintah Kota Bandung. Ketiganya antara lain Kabag Humas Setda Kota Bandung, Yayan A. Brillyana, Kabag Kerjasama Setda Kota Bandung, Dodit Ardian Pancapana, dan Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum, Dudi Prayudi.
Adapun tujuan utama dari penyelenggaraan RLA, terang Yonatan, di antaranya untuk menghasilkan pemimpin perubahan reformis yang mampu menjawab tantangan kebutuhan masyarakat kekinian yang dinamis. Dengan metode pengajaran andragogi atau pendidikan orang dewasa, pihaknya optimis tujuan tersebut dapat tercapai.
“Kami mendesain pembelajaran yang lebih intens antara widyaiswara dengan para peserta, di antara keduanya setara, sama-sama sebagai sumber belajar. Makanya kami yakin setelah selesai diklat ini akan lahir pemimpin sekaligus agen perubahan yang mampu mengakselerasi pemenuhan kebutuhan masyarakat,” papar Yonatan.
Sementara itu, salah seorang peserta, Dudi Prayudi mengaku memperoleh banyak manfaat dari RLA tersebut. Ia belajar kemampuan sinergitas dengan melihat sesuatu dari berbagai aspek. Ketika melihat sebuah masalah harus dari berbagai sudut pandang, bisa jadi apa yang dilakukan dari satu sisi tidak masuk logika, tapi ketika dilihat dari sisi lain jadi berbeda.
“Dalam diklat ini kami merumuskan konsep yang nantinya diimplementasikan dalam reformasi birokrasi terkait ease of doing business karena peringkat Indonesia saat ini 72 dan kita sedang berusaha menaikkan peringkat menjadi 40,” katanya.
Dudi menyebut, sasaran utamanya kaum milenial yang merupakantren saat ini, selain karena mereka kaum kreatif.
“Mereka perlu didorong agar kemauan berwirausaha juga tinggi, tidak bisa mengandalkan lapangan kerja yang ada.” terangnya.***