Mobil ambulans untuk program Layad Rawat di Balaikota Bandung. (Foto: Istimewa)

Bandung – Program inovatif Layad Rawat mengantarkan Kota Bandung meraih penghargaan dari Indo HCF (Healty Care Forum) Innovation Award. Pelayanan kesehatan yang diluncurkan pada akhir Juli 2017 tersebut dinilai berhasil mendongkrak performa Sistem Penanggulangan Pasien Gawat Darurat (SPGDT) di Kota Bandung.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu Dinas Kesehatan Kota Bandung, Eka Anugrah mengemukakan, pada ajang Indo HCF 2018 Kota Bandung berhasil meraih penghargaan kategori SPGDT. Apresiasi tersebut diberikan kepada pemerintah daerah yang telah melakukan upaya inovasi dalam menyukseskan program pemerintah salah satunya SPGDT.

“Sebenarnya kami tidak daftar, tidak tahu bakal dinilai. Tiba-tiba dua pekan lalu kedatangan tim penilai dari Kementerian Kesehatan dan tim ahli dari RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin) yang merupakan tim penilai Indo HCF Inovation Award 2018,” ungkap Eka saat ditemui di Kantor UPT Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu jalan Bapak Husein Belakang, Kota Bandung, Senin (23/4/2018) siang.

HCF merupakan forum diskusi insan kesehatan Indonesia yang terdiri dari pemerintah maupun swasta. Dilansir dari laman www.indohcf-award.com, IndoHCF Innovation Awards merupakan program penghargaan kepada instansi dan individu/kelompok perorangan yang telah berhasil menjalankan program-program peningkatan pelayanan kesehatan.

Pada tahun 2018 ini, puncak penghargaan IndoHCF Innovation Award akan berlangsung pada Kamis, 26 April mendatang di Fairmont Hotel Jakarta. Pjs Wali Kota Bandung direncanakan hadir untuk menerima penghargaan.

Lebih lanjut dia menjelaskan, penilaian yang dilakukan meliputi kegiatan rutin, tidak rutin, inovatif, dokumen penunjang, dan sebagainya. Selain Layad Rawat, program-program yang dinilai inovatif antara lain Ambulance Motor, Patroli Ambulance, BES (Bandung Emergency Service) go to school, BES go to community, dan BES go to district.

“SPGDT Kota Bandung dinilai sudah berjalan dengan baik, meski kami sadar masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Sistem di kami dinilai bagus sasarannya bukan hanya karena kerja Dinkes semata melainkan kerja kolektif dengan pihak kepolisian, Diskar PB, PMI, BPJS, Jasa Raharja, Dinsos, dan lainnya. Kuncinya di kolaborasi, berkat ini jadi dinilai bagus oleh Indo HCF,” tuturnya.

Sejak diluncurkannya Layad Rawat, Eka mengakui, SPGDT Kota Bandung lebih terpadu dan dirasakan langsung kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.. Masyarakat lebih memahami kehadiran program layanan kesehatan dari Pemkot Bandung. Hal ini terlihat paling tidak dari layanan call center 119 yang lebih banyak diakses oleh masyarakat dibandingkan sebelum adanya Layad Rawat.

“Sekarang rata-rata menerima telepon di call center 119 sampai 4.000 dalam sebulan. Sampai-sampai informasi mengenai kecelakaan dan kebakaran masuk ke kita, jelas kalau yang sakit mah. Sebelum ada Layad Rawat, call center 119 hanya menerima sekitar 300 telepon dalam sebulan. Bisa dikatakan sekarang tim kami lebih sibuk dari sebelumnya,” jelas Eka dalam rilis Pemerintah Kota Bandung.

Eka menambahkan, SPGDT Kota Bandung pun lebih terkoordinasi dengan baik tidak terlepas dari semakin solidnya komunikasi dan koordinasi dengan pihak di luar Dinkes. Selain memasang 12 call center 119 di 12 rumah sakit pemerintah dan swasta, pihaknya pun memasang 8 call center di 8 puskesmas dengan tempat perawatan dan buka 24 jam.

“Ada 20 call center yang tersebar di berbagai fasilitas kesehatan di Kota Bandung. Sementara pusatnya di sini. Dengan penyebaran call center tersebut sangat memudahkan koordinasi, terlebih ditunjang dengan fasilitas komunikasi lain seperti grup WA dan lain-lain,” tuturnya.***

Sumber: Rilis Pemerintah Kota Bandung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.