Bandung – Saat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika 18-24 April 1955 di Kota Bandung, panitia menyajikan beragam kuliner untuk para pesertannya. Salah satunya, sate dan gule yang menjadi sajian utama untuk para tamu negara.
Di balik lezatnya sate dan gule tersebut ialah rumah makan Madrawi. Rumah makan pertama di Bandung yang menyajikan menu mewah pada jaman dulu. Pemilik pertama rumah makan Madrawi ialah Badjuri dan Madrawi.
Mantan Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno, begitu menggemari masakan di rumah makan Madrawi seperti sate, soto, gulai dan rawon. Sejak menuntut ilmu di Technische Hoogeschool yang kini bernama Institut Teknologi Bandung (ITB), Soekarno sangat menggemari makanan yang disediakan oleh adik-kakak asal Madura tersebut. Hingga akhirnya Soekarno meminta rumah makan Madrawi untuk menyediakan santap siang para tamu KAA.
Saat ini, generasi kedua pemilik rumah makan Madrawi ialah Fadli Badjuri yang merupakan anak dari Badjuri dan keponakan dari Madrawi. Pria kelahiran Madura,13 Maret 1907 tersebut meneruskan usaha sang ayah yang terletak jalan Dalem Kaum, Kota Bandung.
Saat ditemui di kediamannya, Selasa (17/4/2018), Fadli Badjuri tampak masih sehat dengan peci coklat kesukaannya. Anak bungsu dari 3 bersaudara tersebut menceritakan sejarah awal mula menerima kepercayaan untuk mengelola rumah makan Madrawi yang dibantu oleh anak ke-2 nya.
“Dulu saya hanya meneruskan usaha bapak dan uwa saya. Yaitu usaha rumah makan Madrawi yang menyediakan hidangan sate awalnya. Lalu ada gule dan yang lainnya juga,” ceritanya sambil dijelaskan kembali oleh anaknya.
Pria yang memiliki hobi meminum kopi hitam ini menjelaskan, resep yang dimiliki keluarganya hampir sama dengan sate dan gule pada umumnya.
“Sama saja sih kaya sate Madura yang lainnya, sate ditusuk menggunakan tusuk bambu dengan kecap dan bumbu kacang, resepnya turun-temurun dari bapak saya,” jelasnya.
Sambil menikmati sebatang rokok kretek Fadli Badjuri menceritakan bahwa tidak hanya Soekarno yang menyukai masakannya, seingat Fadli, yang saat itu menyantap makanan di rumah makan Madrawi yakni Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri Burma, U Nu, dan putra mahkota Raja Arab Saudi, Faisal bin Abdulaziz.
“Saya ingat cukup banyak, tidak hanya pak Soekarno, bahkan rekan-rekannya juga sering makan di tempat saya. Ada hal yang lucu pada saat itu, Perdana Menteri India meminum air kobokan yang kami sediakan, beliau beranggapan itu air minum,” katanya sambil tertawa kecil.
Selain itu, Fadli Badjuri memamerkan beberapa foto dirinya bersama RM. Madrawi, Presiden Soekarno dan piagam yang diterimanya dari negara. Khususnya beberapa sertifikat dari museum Konferensi Asia-Afrika yang memberikan penghargaan kepada beliau atas dedikasinya memberikan hidangan makanan kepada tamu dari negara-negara di Asia-Afrika.
“Ini beberapa foto kenangan saya dulu. Ada juga sertifikat yang saya dapatkan dari museum Asia-Afrika. Ini kebanggaan saya bisa memberikan pengabdian kepada negara melalui cita rasa makanan yang dinikmati para tamu KAA,” tuturnya sambil berkaca-kaca.
Sampai saat ini, ia sering di undang menjadi tamu kehormatan saat peringatan Konferensi Asia-Afrika di Kota Bandung. Setiap memasuki upacara peringatan, ingatannya selalu muncul tentang indahnya peringatan Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955.
“Saya masih suka diundang oleh pihak museum kalau pas acara peringatan KAA. Saat acara, terkadang sedikitnya saya suka rindu dan mengingat kejadian KAA saat dulu,” ujar ayah 8 anak ini dalam rilis pemerintah kota Bandung yang diterima prssnibandung.com.
Rumah makan Madrawi sekarang tinggal kenangan. Rumah makan yang berlokasi di Jalan Dalam Kaum tersebut sekarang sudah beralih fungsi menjadi pos jaga Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung. ***
Sumber: Rilis Pemerintah Kota Bandung