Bandung – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bekerja sama dengan Cyberindo Aditama (CBN) telah memasang sensor cuaca di 50 kelurahan di Kota Bandung. Dengan alat deteksi cuaca tersebut bisa mengetahui peluang terjadinya hujan yang dapat menyebabkan banjir.

Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengapresiasi kerja sama ini. Penerapan teknologi ini bisa membantu masyarakat memperoleh informasi tentang cuaca di Kota Bandung.

“Inovasi yang telah dibuat bisa diterapkan dan terkoneksi di Kota Bandung sesuai kebutuhan,” katanya saat menerima perwakilan CBN di Balai Kota Bandung, Jumat (25/1/2019).

Menurutnya, Kota Bandung sebagi smart city maka harus terus meningkatkan inovasi melalui kolaborasi.

“Lewat kota pintar, semua harus terkoneksi dengan baik. Tujuannya untuk melayani masyarakat,” kata Yana seperti dilansir Humas Pemkot Bandung.

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Ahyani Raksanagara mengatakan, Pemkot Bandung dan CBN telah bekerja sama memasang sensor untuk mendeteksi cuaca.

“Tahun lalu kita jajakan kerja sama dengan memasang sensor cuaca di 50 kelurahan,” katanya.

Menurut Ahyani, sensor yang terpasang berbeda dengan yang dimiliki oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Sensor dari CBN itu langsung ditempatkan di kelurahan. Sedangkan sensor BMKG melalui satelit.

“Prediksinya semakin banyak maka sensor akan semakin baik. Kita bisa mengomparasi dan masyarakat secara terbuka bisa mengetahuinya,” tutur Ahyani.

Sedangkan Chief Operating Officer Cyberindo Aditama (CBN), Marcelus Ardiwinata mengatakan, pihaknya siap berkolaborasi dan membantu kota Bandung di sisi lingkungan khususnya cuaca.

“Pemkot Bandung memiliki layanan Smart City. Kami bergerak untuk memberikan layanan cuaca,”ujanya.

Marcelus mengungkapkan, melalui sensor tersebut dapat memantau suhu, arah angin, kecepatan angin, sensor ultraviolet dan violet radiation. Sensor ini akan mengirim data per 30 detik yang masuk ke cloud.

Data mentah yang terkumpul, lanjutnya, terbuka dan bisa digunakan oleh kelurahan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.

“Siapapun boleh menggunakan data ini. Namun khusus untuk Kota Bandung, saya menginginkan model yang kami kembangkan bisa menjadi contoh bagi daerah lain,” tambahnya.

Marcelus menambahkan, dalam konsep smart city, harus melibatkan publik. Karena itu, agar bisa terus berkembang. Untuk itu, pihaknya menggelar Hackathon: Hackbdgweather 2019 pada 23-24 Januari lalu di Kota Bandung.

Acara tersebut mencari jawara aplikasi cuaca, yang kemudian akan dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tercatat sebanyak 38 tim dari berbagai perguruan tinggi mengikuti acara ini. Dari 38 peserta, tercatat 15 finalis dan 3 pemenang yang rencananya akan diterapkan untuk membantu dalam hal cuaca.

“Semua peserta konsepnya bagus, kita apresiasi karena kaum milenial saat ini lebih berkembang dari segi teknologinya,” kata Marcelus. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.