Semangat Persaudaraan dan Kebahagiaan di Asia Africa Carnival 2018

Semangat persaudaraan dan kegembiraan peserta di Asia Africa Carnival 2018 di sepanjang jalan Asia Afrika Kota Bandung, Sabtu (28/4/2018).

Bandung – Perhelatan Asia Africa Carnival 2018 di sepanjang jalan Asia Afrika Kota Bandung, Sabtu (28/4/2018) sukses membangkitkan semangat persaudaraan di antara negara-negara Asia dan Afrika. Sebanyak 2.867 peserta dari 72 kelompok karnaval menyemarakkan ajang tahunan ini.

Para peserta tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia tetapi juga dari sejumlah Asia Afrika antara lain Thailand, Korea Selatan, Bangladesh, Vietnam, Tunisia, Jepang, dan Madagaskar. Ada juga peserta dari Polandia, Slovakia, Ukraina, Tajikistan, Azerbaizan, Rusia, Madagaskar, Ceko, Somalia, Tanzania, Uganda, dan Benin.

Setiap negara mempertunjukkan keragaman budaya masing-masing. Thailand menampilkan tarian tradisionalnya dengan kostum yang sangat artistik. Sementara itu, Korea Selatan mempertunjukkan atraksi bela diri taekwondo.

Peserta dalam negeri tak kalah menarik. Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, membawa serta 22 orang asuhan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat yang menampilkan kostum bertemakan flora dan fauna. Lain halnya dengan Nias yang mementaskan kesenian Pakpak yang merupakan seni beladiri para calon penjaga kampung adat.

Dari Jawa Barat, karnaval dimeriahkan oleh berbagai daerah seperti Majalengka, Subang, dan Ciamis. Majalengka tampil dengan kendaraan hias dan musik yang khas. Sedangkan, Subang membawa serta rombongan Sisingaan. Lalu, Ciamis datang bersama puluhan Bebegig Sukamantri, ikon kabupaten tersebu yang menarik perhatian pengunjung wisatawan.

Kemeriahan Asia Africa Carnival membawa keceriaan bagi para pengunjung. Mereka sangat antusias menyaksikan berbagai gelaran yang ditunjukkan para peserta. Seperti penuturan Latifah (52) yang datang bersama keluarganya. Latifah mengaku senang bisa datang ke karnaval ini karena bisa menyaksikan berbagai budaya dari Indonesia dan luar negeri.

“Saya juga sekalian nonton anak saya ikut karnaval juga dari SMA 4 Bandung,” ujarnya.

Para pengunjung karnaval pun tidak hanya berasal dari dalam negeri. Acara ini juga berhasil menggaet wisatawan mancanegara.

Achim Meyer (52), wisatawan asal Jerman mengaku menikmati perhelatan ini. Ia yang baru pertama kali datang ke Indonesia itu sangat senang bisa berkesempatan menyaksikan karnaval.

“Acaranya sangat luar biasa. Banyak budaya dan kostum yang sangat atraktif. Dan saya lihat semua orang bahagia,” ujarnya.

Meyer yang baru saja selesai mengikuti workshop di Universitas Padjadjaran itu merasa beruntung bisa melihat peringatan peristiwa sejarah dunia itu.

“Saya tidak tahu banyak soal Konferensi Asia Afrika. Tapi melihat event ini, saya lihat semangat kemerdekaan dan keberagaman saat konferensi itu tercermin di acara ini,” imbuhnya.

Penjabat Sementara (Pjs) Wali Kota Bandung, Muhamad Solihin bersyukur bahwa hari ini semua orang bisa berbahagia merayakan peringatan Konferensi Asia Afrika di lokasi yang bersejarah ini.

“Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-63 ini adalah momentum penting. KAA tahun 1955 adalah peristiwa palingĀ  bersejarah di Kota Bandung, Indonesia dan Asia Afrika. KAA adalah simbol perlawanan terhadap penjajahan dan imperialisme di dunia,” tutur Solihin dalam rilis Pemerintah Kota Bandung.

Dari segi pariwisata, acara ini diharapkan mampu meningkatkan kunjungan ke Kota Bandung dan Jawa Barat. Hal itu disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata, Resti Reko Astuti saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara secara resmi.

“Target nasional 17 juta wisatawan mancanegara dan 270 juta pergerakan wisata di Indonesia. Karnaval Asia Afrika ini kami harapkan bisa mendorong pencapaian target tersebut,” tutur Resti.***