Nadiem Makarim, dari Pendiri Gojek Hingga Jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

KILASBANDUNGNEWS.COM – Presiden Joko Widodo memperkenalkan seorang pengusaha muda Indonesia, Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Nadiem mengisi pos jabatan yang sebelumnya diisi Muhadjir Effendi di periode pertama kepemimpinan Jokowi.

“Saya panggil mas saja, karena masih muda. Mas Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,” ucap Jokowi saat acara perkenalan para menteri kabinet Indonesia Maju, Rabu (23/10/2019).

Nadiem merupakan pendiri perusahaan teknologi Gojek. Perusahaan yang awalnya bergerak di bidang transportasi online namun sekarang menyediakan berbagai jasa mulai dari pengantaran makanan dan barang, hingga pembayaran digital.

Nadiem lahir dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadrie. Ia merupakan satu-satunya anak lelaki dari tiga bersaudara. Ayahnya, Nono Anwar Makarim merupakan seorang pengacara keturunan Arab asal Pekalongan, Jawa Tengah.

Sang ayah merupakan seorang pengacara dengan gelar Doktor Ilmu Hukum lulusan Harvard. Sedangkan ibunya, Atika Algadrie merupakan seorang yang bekerja di bidang non-profit.

Nadiem menyelesaikan sekolah menengah atas di negara kelahirannya, Singapura. Ia lantas melanjutkan jenjang sarjana di International Relations di Brown University, Amerika Serikat. Saat berkuliah ia sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics.

Selesai pendidikan sarjana, Nadiem lantas melanjutkan pendidikan S2 di Harvard University Business School.

Selesai bersekolah ia kembali ke Indonesia dan bekerja untuk perusahaan konsultasi manajemen McKinsey , sebuah lembaga konsultan ternama yang berbasis di Jakarta pada 2006.

Bekerja tiga tahun di McKinsey, Nadiem mendirikan Gojek pada Maret 2011. Namun, saat itu Gojek tidak menggunakan aplikasi seperti saat ini. Sistem pemesanan ojek ini masih konvensional lewat panggilan telepon.

Selang beberapa bulan, November 2011 ia menjabat sebagai Managing Director di Zalora Indonesia. Ia tak bertahan lama di perusahaan e-commerce fesyen itu, hanya 10 bulan saja. Ia loncat menjadi Chief Innovation Officer Kartuku selama setahun hingga Maret 2014. Ia akhirnya mantap serius menggeluti bisnis Gojek.

Saat ini Gojek menjadi perusahaan teknologi dengan valuasi lebih dari US$10 juta dan menyandang status decacorn. Gojek juga melebarkan layanan transportasi online ke beberapa negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Thailand, Vietnam. Perusahaan ini juga tengah menjajaki pasar Malaysia dan Filipina.***