GLF 2018 Ditutup dalam Nuansa Sunda

Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana bersama para delegasi ikut menari bersama pada acara Gala Dinner sekaligus penutupan Global Land Forum 2018 di Plaza Balai Kota Bandung, Selasa (25/9/2018). (Foto: Humas Pemkot Bandung)

Bandung – Global Land Forum (GLF) 2018 ditutup dengan sukses. Para delegasi dari 84 negara ikut menari bersama pada acara Gala Dinner sekaligus penutupan yang digelar di Plaza Balai Kota Bandung, Selasa (25/9/2018).

Alunan lagu Sunda yang dibalut dengan musik dua warna mampu menghangatkan suasana malam yang cerah. Sinar bulan purnama menyempurnakan malam perpisahan para delegasi GLF.

Acara yang diawali dengan tarian Sunda itu turut dihadiri oleh Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana. Selain hadir, Yana juga menyempatkan menyapa para delegasi.

Yana mengucapkan terima kasih karena panitia telah memilih Kota Bandung sebagai tuan rumah forum pertanahan terbesar di dunia. Yana juga menyatakan, mendukung penuh perjuangan para delegasi.

“Sesuai dengan tujuannya, kegiatan GLF menjadi bagian dari perjuangan kita meningkatkan kerja sama dan membangun kesadaran di kalangan pemerintah dan masyarakat sipil untuk memperjuangkan keadilan hak atas tanah, mencegah perampasan tanah, meninjau kembali reformasi agraria di era global, serta melindungi kaum perempuan yang berjuang mempertahankan hak atas tanahnya,” seru Yana.

Yana pun mengucapkan selamat kepada panitia yang telah merangkai acara tersebut secara apik sehingga para peserta bisa mengikuti rangkaian acara dengan baik. Ia berharap acara tiga tahunan itu bisa mencapai hasil yang diharapkan.

“Harapannya ke depan tidak ada lagi masyarakat sipil yang dirampas tanahnya, tidak ada lagi kaum perempuan yang tidak mendapatkan hak atas tanahnya,” ucapnya.

Selain suasana yang hangat dan meriah, para delegasi juga disuguhi dengan berbagai jenis kuliner nusantara. Dari mulai rendang, pempek, hingga es campur memberi kesan yang berbeda bagi para delegasi.

Kesan positif disampaikan oleh Ken Otieno dari Kenya kepada Humas Kota Bandung. Ia mengaku kagum kepada Kota Bandung karena keramahan warganya.

“Ada satu yang saya suka dari kota ini, yaitu rasa kemanusiaan yang begitu kental. Berbeda dengan negara-negara lain yang pernah saya kunjungi,” katanya.

Menurutnya, kemanusiaan itu terletak pada cara setiap orang berinteraksi. Ia senang melihat orang saling menghormati. “Sangat berbeda, saya sangat terkesan,” ujarnya.

Pertemuan yang berlangsung dari pukul 19.00 sampai pukul 21.00 WIB itu berjalan cukup khidmat dengan diputarnya video-video tentang profil pejuang tanah di berbagai daerah.***