Bukan Masker, Cuci Tangan Lebih Baik untuk Cegah Virus Corona

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani saat Bandung Menjawab di Ruang Media Balai Kota Bandung, Selasa (03/03/2020). (Foto: Humas Pemkot Bandung)

KILASBANDUNGNEWS.COM – Dinas Kesehatan Kota Bandung mengimbau warga tak perlu panik setelah ditemukannya dua orang Indonesia yang posituf terjangkit virus Corona. Apalagi harus membeli masker dalam jumlah tak wajar.

Padahal, jika daya tahan tubuh baik dan sehat, pemakaian masker tidaklah diperlukan. Pasalnya, pemakaian masker hanya untuk orang sakit, tenaga kesehatan, dan bagi yang sedang merawat orang sakit.

“Saat ini masyarakat gencar memborong masker, padahal ini diperuntukkan untuk yang sakit saluran pernafasan seperti batuk dan pilek apa pun penyebabnya karena berpotensi menular,” ucap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani saat Bandung Menjawab dengan topik ‘Kesiapan Pemerintah Kota Bandung Dalam Menghadapi Virus Corona’ di Ruang Media Balai Kota Bandung, Selasa (03/03/2020).

Menurutnya, masyarakat umum yang sehat tidak dianjurkan memakai masker.

“Masker itu untuk mencegah partikel dari dalam menyebar ke luar, bukan dari luar ke dalam. Justru bagi orang sehat, hal terpenting adalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),” katanya.

Rosye menjelaskan, hal terpenting dalam PHBS adalah mencuci tangan menggunakan sabun selama 20 detik dengan 6 langkah mencuci tangan. Sebab virus bisa menempel di tangan ketika sedang sesuatu.

“Jadi untuk masyarakat saya imbau jika sakit, demam, batuk, pilek, untuk segera berobat ke dokter. Sampaikan jika memang baru pulang dari negara terjangkit. Jadi Masyarakat tidak perlu panik namun waspada harus,” ucapnya.

Terkait daya tahan tubuh, Rosye menjelaskan Covid 19 bisa bereaksi dan muncul dengan jangka waktu yang berbeda pada setiap orang. Ada yang sudah terlihat pada hari pertama atau kedua, namun ada juga yang hari ke-14 baru terdeteksi.

“Masa inkubasinya berbeda-beda setiap orang, tidak bisa dijadikan patokan. Namun 90 persen kasus Covid-19 diawali dengan demam kemudian batuk dan pilek,” ucapnya.

Rosye menambahkan terkait penanganan Covid 19 ini pihaknya sudah memiliki SOP, berupa buku panduan dari Kemenkes yang sudah direvisi dua kali, karena Covid ini merupakan penyakit baru yang perkembangannya luar biasa.

“Jadi bukunya direvisi disesuaikan dengan kondisi bisa jadi masih terus berubah karena tergantung perkembangan kondisi yang ada. Dalam buku itu jika ada yang positif tidak hanya pasiennya, tetapi keluarganya juga diperiksa,” katanya. (rls)